Pengalaman Mengikuti JLPT di Jepang

Akhirnya tibalah hari tes JLPT yang ditunggu-tunggu (atau mungkin tidak? hehe). Tes JLPT merupakan semacam tes TOEFL untuk menilai kemampuan berbahasa inggris. Perbedaannya terutama kepada penilaian hasil ujian. Jika dalam TOEFL akan berupa skor, yang mana semakin tinggi skor menandakan semakin baik kemampuan linguistik berbahasa inggris yang kita miliki, namun untuk JLPT kita akan diminta menentukan level yang ingin diambil. Terdapat 5 level yang biasa disebut N1 hingga N5 yang mana N1 adalah level tertinggi serta tersulit tentunya.

Level-level tersebut akan menentukan berapa banyak huruf kanji yang minimal harus dikuasai agar dapat lolos tes pada level tersebut. Tantangan terbesar dalam menguasai bahasa Jepang yakni kemampuan membaca kanji karena memang aksara yang digunakan memang bukan alfabet melainkan coretan seperti gambar yang disebut dengan huruf kanji.

Tes terbagi dalam 3 bagian yakni: Pengenalan huruf kanji, reading dan grammar, serta listening. Jawaban hanya dalam pilihan ganda, namun tetap saja jika tak teliti maka kita akan terjebak jawaban jebakan yang telah disediakan XD

Kemudian bagaimana perasaannya setelah menyelesaikan tes? Sesuai dugaan awal, saya agak terhambat di bagian reading dan grammar. Grammar masih tak sebegitu terhambat dibandingkan reading. Kemampuan membaca saya masih sangat lambat. Untuk jangka waktu ujian yang terbatas, saya kurang mampu mengintisarikan bacaan dengan cepat. Saya harus banyak berlatih untuk bidang satu ini.

Kalau untuk kanji dan listening tidak begitu terhambat karena selama tinggal di Jepang, tentunya akan banyak bersinggungan dengan penggunaan bahasa jepang selama keseharian. Kita nantikan ya update hasil JLPT saya nanti awal September!

Catatan Personal : Buku I am Sarahza

Buku yang jujur. Ini adalah satu kalimat yang paling menggambarkan kesan setelah membaca buku ini. Pastinya hal ini terkait dengan latar belakang buku ini yang merupakan pengalaman pribadi penulis nya yakni Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra. Buku ini menceritakan perjalanan naik turun mereka dalam perjuangan mendapatkan keturunan.

Berbeda dari kisah kebanyakan yang kita baca mengenai hal serupa yakni perjuangan melawan infertilitas yang umumnya didominasi oleh kisah dari sudut pandang sang istri. Sedikit sekali yang membahas dari sisi sang suami. Hal inilah yang membuat buku ini berbeda. Kolaborasi Hanum dan Rangga dalam menciptakan buku ini menjadikan jiwa buku ini serasa lengkap. Mewakili suara hati terdalam dari sang istri maupun suami. Bahkan penulis menambahkan satu sudut pandang imajinasi yakni Sarahza yang seolah menyemangati calon orang tuanya dari alam Lauhul Mahfudz, menunggu saat Allah menyatakan tibalah waktunya untuk berjumpa kedua orang tuanya di dunia.

Continue reading “Catatan Personal : Buku I am Sarahza”

Catatan Personal : Buku Weapons of Math Destruction

Buku yang benar-benar menarik saya untuk menyelam saat membacanya. Satu penyesalan saya, saya belum membaca buku ini saat menyelesaikan tesis saya. Buku ini banyak memberikan pelajaran dan motivasi mengapa dalam bidang riset social science benar-benar harus komprehensif membuat sebuah model statistik. Untuk yang tertarik mendengarkan ide-ide brilian serta ulasan mengenai betapa menariknya riset di bidang social science, lanjut terus membaca ya!

Buku ini menjelaskan secara komprehensif mengenai apa yang disebut sebagai weapon of math destruction, yakni sebuah perubahan otomatisasi dengan mengandalkan sistem komputer untuk memproses big data dengan harapan dapat memberikan hasil yang tidak bias, akan tetapi pada kenyataannya kekeliruan menentukan proxy yang digunakan di dalam sistem justru menjadikan hasil yang didapat merugikan pihak tertentu dan tak ada yang dapat disalahkan selain mengatakan ini adalah hasil dari sistem. Contoh-contoh yang dipakai dalam buku ini kebanyakan memang tentang hal-hal yang terjadi di Amerika. Namun bukan tak mungkin perkembangan Indonesia yang kini menunjukkan ke arah otomatisasi bisa berakhir dengan kesalahan yang sama jika tidak mengambil pelajaran dari apa yang terjadi di Amerika.

Continue reading “Catatan Personal : Buku Weapons of Math Destruction”

Resep Tahu Variasi: Tahu Nugget

Tahu!Satu bahan makanan yang saya suka dan cocok dengan menu apa saja. Tahu goreng garing bumbu kuning, tahu bumbu lada garam, tahu bumbu tauco, dimakan sebagai pendamping siomay, dan masih banyak variasi lainnya.

Kali ini saya ingin membagikan resep yang saya dapat dari teman. Pertama kali coba saat ada pengajian, seperti biasanya langsung berburu resep dengan yang masak ketika menemukan menu yang cocok dengan selera lidah.

Tahu nugget ini bisa dibilang super komplit. Ada karbohidrat, serat sayuran dari wortel dan daun bawang, telur, dan juga protein dari daging ayam. Cara membuatnya juga sangat praktis, hanya menggunakan microwave!

Berikut resepnya dengan pengubahan seperlunya dari saya:

Bahan:

2 pak Tahu momen, bisa diganti dengan tahu jenis lain asalkan bukan tahu sutra.
200 gram Ayam giling
50 gram Udang  (optional)
Daun bawang iris
Wortel iris kotak kecil
2 buah Telur
100 gram Tepung panir/pan ko
Lada
Garam

Continue reading “Resep Tahu Variasi: Tahu Nugget”

Trik Menyiasati Makan Sayur


Akhir minggu di rumah kami biasanya saya pakai untuk merapel jumlah nutrisi sayur dalam menu satu minggu. Meski tiap hari saya selalu menyajikan menu sayur, baik salad, tumis-tumis dan lainnya, saya merasa masih kurang. Karena biasanya suami juga makan dengan porsi sedikit.

Untuk menyiasati yang tidak suka makan sayur, ada 2 menu andalan di kala weekend. Yakni soto ayam dan pecel. 2 menu ini pasti sukses dilahap habis sama pak suami tanpa ada embel-embel ‘wah sayurnya banyak sekali’. Hanya 2 menu ini yang bisa membuat momen makan sayur tetap menyenangkan kalau versi pak suami.

Menu minggu ini soto ayam. Kebetulan cocok dengan cuaca hujan disertai angin kencang di luar. Bumbunya gampang: bawang merah, bawang putih, kunyit, kemiri, ketumbar dihalus kan dengan blender. Tumis hingga harum. Masukkan sereh, daun salam dan dauan jeruk untuk aroma. Rebus ayam hingga empuk kemudian suwir. Sayurnya bisa pakai kol dan tauge. Bisa ditambah telur rebus. Taburan atasnya pakai seledri rajang kasar.

Berhubung judulnya weekend adalah menu sehat, tidak ada pendamping yang digoreng-goreng. Semua direbus. Trik ini bisa dicoba untuk menyiasati lidah yang kurang suka makan sayur. Selamat mencoba!

Kutemukan Islam di Rantau

Salah satu nikmat terbesar dari perjalanan merantau ke Jepang yakni mendapatkan waktu untuk kontemplasi diri. Berjuang sendirian di rantau jauh memberi saya banyak waktu untuk benar-benar mendefinisikan kembali hidup saya. Lepas dari segala hiruk pikuk kota maju Jepang, ada satu hal yang benar-benar berbeda dari kisah perantauan saya sebelumnya. Jepang betul-betul membuat saya keluar dari zona nyaman.

Masyarakat Jepang betul-betul berbeda dari masyarakat Indonesia. Perbedaannya pun sangat mencolok, mulai dari yang paling kentara yakni bahasa, raut muka, warna kulit, hingga yang kasat mata seperti perilaku, pola pikir, hingga cara berinteraksi antar pribadi. Di sini saya benar-benar menjadi orang asing. Tak perlu berbicara pun, mereka sudah dapat melihat bahwa saya berbeda, dari hijab saya.

Continue reading “Kutemukan Islam di Rantau”

Mengapresiasi Waktu untuk Menyendiri

menghadiahi diri dengan jalan-jalan ke Osaka melihat illumination

Membaca judulnya pasti sekilas terkesan seperti orang yang dalam keadaan depresi berat. Tidak juga sebetulnya. Menyendiri tak harus selalu identik dengan kesedihan, patah hati, berduka, dan hal yang berkonotasi negatif lainnya. Menyendiri pun bisa untuk hal-hal positif. Justru dengan menyendiri dalam merayakan suatu keberhasilan bisa menambah rasa percaya diri dan tentunya bersemangat untuk mengarungi tantangan lainnya.

Berawal sejak saya berkuliah di Jogjakarta. Di sanalah saya memulai perjuangan sebagai seorang anak kost di kota Jogjakarta yang notabene jauh dari kampung halaman, Palembang. Bahkan kalau pakai pesawatpun butuh transit dahulu di Jakarta (Saat ini saya dengar sudah ada penerbangan langsung Palembang-Jogjakarta dan sebaliknya). Masa-masa perkuliahan ini mulai menjadikan saya sadar bahwa ketangguhan itu harus datang dari diri saya sendiri. Memang saya masih memiliki sahabat masa SMA yang satu kost dengan saya, namun mereka tentu memiliki kesibukan masing-masing yang tak mungkin bisa saya ganggu seenaknya.

Continue reading “Mengapresiasi Waktu untuk Menyendiri”

Catatan Personal : Buku Zero to One

Sempat hiatus dari niat untuk mengupas tentang buku-buku yang sudah baca, akhirnya hari ini merealisasikan niat yang sudah digadang-gadang sejak lama. Sempat bingung juga mau menulis dalam bahasa inggris atau indonesia. Buku aslinya dalam teks bahasa inggris. Namun salah satu tujuan saya membuat ulasan buku ini juga mengajak bersama-sama menumbuhkan niat membaca. Saya pun masih belajar untuk konsisten membaca. Membaca dapat melatih konsentrasi dan membuat kita makin mahir menganalisa sesuatu. Kemampuan yang sangat penting di zaman digital apalagi melihat banyaknya fenomena berita dangkal yang sumbernya tidak jelas.

Kali ini buku yang saya ulas adalah zero to one. Kenapa pilih buku ini? Buku ini aslinya adalah milik suami saya. Makanya temanya kebanyakan tentang teknologi. Namun bidang saya dan dia cukup beririsan karena fokus utamnaya yakni tentang wirausaha. Sangat menarik mengingat terakhir saya mempelajari teori bisnis itu saat perusahaan teknologi baru mulai berjaya namun belum sebesar sekarang. Banyak teori-teori di bidang bisnis yang usang karena memang ibarat hewan, perusahaan teknologi adalah jenis spesies baru yang bahkan hingga kini masih dipelajari perilaku, sifat serta anomali kehidupannya.

Buku zero to one ini berawal dari catatan seorang mahasiswa Stanford untuk perkuliahan Peter Thiel tentang Startup. Catatan perkuliahannya sangat detail sehingga menjadi sensai di internet. Akhirnya catatannya tersebut dibukukan bekerjasama dengan narasumber aslinya. Bagi kamu yang suka membuat catatan perkuliahan yang detail, terutama jika pemateri termasuk sosok berpengaruh, siapa tahu kamu bisa bernasib sama!

Continue reading “Catatan Personal : Buku Zero to One”

Big Shoes for Woman in Japan

my 25.5 cm shoes!

It is a burdensome to finding large shoes for woman in Japan. The largest size usually is 24.5 cm (around 8 in US size or 38.5 for Indonesian size). Meanwhile my size is 25.5 cm. Therefore I usually end up with heartbroken while already finding cute shoes but has no size suits me. I also not really confidence to buying shoes from internet. I am afraid it is not comfortable enough, different front size of shoes leads to smaller or bigger size for my foot, no return policy, and other similar factors.

Recently I found a store which focusing to fulfill this niche in Japan (Horray for all women with big foot out there!). Where are they?:

1. Mare-mare

They have several options which has large size up to LL size (25.5 cm). They have many outlets all over big cities in Japan. The online shop website: http://www.maremare-store.com/

2. Diana

Diana has 2 shops in Japan. I ever visited the Ginza store. The large size shoes are available in the highest floor of the shop. Here is the address:

    • Ginza Main Store: 6-9-6 Ginza Chuo-Ku Tokyo
    • Harajuku Store: 1-8-6 Jingumae Shibuya-Ku Tokyo

3. Washington

The large size shoes available in their particular shop in Ginza. Many type of shoes available there from sport shoes until high heels. Here is the address:

    • WASHINGTON L (Large size specialty Store): Nishi-Ginza B1F 4-1 Ginza Chuo-Ku Tokyo

4. Zara

Originally from Spain, Zara provides large size shoes in their shop. They have many options of large size shoes depend on their seasonal trend.

Hope this information is useful for you dear large-size shoes fellas!

Manhole in Japan

J

If you ever pass cute manhole (top opening to an underground utility vault) in Japan, you will notice that it has different pictures for each district. As you could see above is the one that I found in Kawaguchiko Lake nearby Mount Fuji. It is not always as colorful as that one though. Sometimes it only has plain grey (iron alike) color.

One thing that you should carefully put your attention in is in its picture. Every district usually put their signature symbol in their manhole. The Kawaguchiko Lake is located nearby Mount Fuji. No wonder you will see Mount Fuji in its design since Kawaguchiko Lake is one of famous spot to enjoying Mount Fuji scenery. The picture above also represent signature scenery you will see in the Kawaguchiko Lake. Mount Fuji with its reflection in the lake’s water (best viewed during a clear weather without any clouds).

If you have a chance to visit Japan, do not forget to put attention to your surroundings. I believe it will be an extraordinary experiences during your trip. Oh not forget to mention some people collect the manhole’s photos as their hobby. So why not collect some while you visit Japan 🙂