Biasanya saya akan menulis hasil treatment setiap cycle di bagian akhir masing-masing artikel. Namun kali ini saya ingin menuliskan kisahnya di artikel sendiri karena ada alur cerita sedikit berbeda kali ini.
Berawal dari rasa keingintahuan apakah obat pemicu ovulasi sudah hilang dari badan saya, hari ke 14 setelah ovulasi (Days Post Ovulation, biasa disingkat DPO) di pagi hari saya iseng menggunakan test-pack yang memang hanya sisa satu di kotak obat. Negatif? ah sudah biasa pikir saya. Iya, kalau boleh jujur, lama-kelamaan saya lebih tahan banting melihat hasil test-pack negatif. Awal-awal pastinya ada episode saya menangis, namun lama-kelamaan sudah bisa makin tegar dan selalu berusaha bangkit untuk memulai pengobatan di cycle berikutnya. Yang penting saya harus tetap semangat untuk berjuang.
Nah ini awal dari segala kegalauan yang makin menjadi. Ada garis tipis samar di bagian yang menunjukkan hasil positif. ‘Ya Allah apalagi ini?’ Iya, itu perasaan yang pertama kali terlintas. Kenapa? Karena saya merasa kalau kali ini jalan ceritanya berbeda dari bulan-bulan sebelumnya, saya belum siap. Benteng yang saya bangun baru cukup kokoh untuk membendung rasa kecewa melihat test-pack negatif. Setelah menenangkan diri, mulailah saya mencari di Google mengenai masa hidup obat pemicu ovulasi di dalam tubuh. Terdapat satu artikel yang menulis, kadar HCG obat tersebut di dalam darah akan menjadi separuh setiap 28 jam. Then I do the math! Setelah dihitung tampaknya masih ada sisa obat HCG pemicu ovulasi dalam darah. Hmmm.. yasudah pikir saya, positifnya adalah ya setidaknya pernah lihat hasil test-pack 2 garis meski bukan karena hamil betulan (menghibur hati ceritanya).
Continue reading “Funin Chiryou – 2 Weeks Waiting untuk Trial yang ke 5 (8 of 8)”