Funin Chiryou – Diagnosa PCOS (3 of 8)

TLDR:

Obat yang diresepkan:

  1. Suntik: Progesteron, untuk merangsang datangnya haid.
  2. Obat minum: Clomiphene Citrate (Clomid) 50 mg, 10 tablet diminum hari ke 5-14 dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir), untuk merangsang pertumbuhan folikel telur.
  3. Suntik: HMG 75 IU sebanyak 1 kali dan HMG 150 IU 1 kali.
  4. Suntik: Progesteron, untuk merangsang datangnya haid (di akhir siklus)

Jangka waktu pengobatan: 33 hari

Jenis tes laboratorium yang dilakukan:

  1. Tes keseimbangan hormon untuk istri: LH, FSH, Prolaktin, E2 (Estradiol), Testosteron, Tiroid, dan AMH.
  2. Tes penyakit menular seksual untuk suami dan istri: Clamidia, HIV, dan penyakit sejenis.
  3. Tes tambahan khusus istri: Golongan darah, Rhesus darah, kadar Hemoglobin, kadar Glukosa dalam darah (HbA1c), serta antibodi Rubella.
  4. Tes tambahan khusus suami: pengujian kualitas sperma (jumlah, tingkat keaktifan, jumlah yang bergerak lurus, dsb).
  5. Tes lanjutan untuk istri: HOMA-IR untuk melihat apakah adanya resistensi insulin.

Melanjutkan kisah sebelumnya, akhirnya tibalah waktu untuk berkonsultasi di klinik yang baru. Setelah mengecek jadwal praktek dokter, ternyata di klinik ini terdapat dokter wanita. Sudah makin semangat, setidaknya tak perlu canggung untuk semisal diperlukan pemeriksaan USG Trans-Vaginal (USG TV). Ketika masuk ke klinik, suasana cukup ramai. Ternyata banyak juga orang Jepang yang datang ke klinik ini. Jadwal praktek untuk hari ini hanya ada dokter wanita, jadi tak perlu berpesan ke bagian registrasi untuk meminta jadwal konsultasi dengan dokter wanita pikir saya.

Ketika nomor registrasi saya ditampilkan di layar, kemudian saya dan suami menemui dokter di ruangan yang tersedia. Taraaa! ternyata yang duduk di sana adalah dokter laki-laki. Wah langsung kacau pikiran saya. Ternyata jadwal praktek dokter yang tertera di web dapat berubah sewaktu-waktu. Akhirnya yasudah karena baru pertama, kami pikir paling hanya mengobrol terlebih dahulu menceritakan riwayat di klinik sebelumnya.

Setelah meneliti dokumen lampiran dari klinik sebelumnya, dokter kemudian menjelaskan kepada kami bagaimana ekspektasi tahapan pemeriksaan yang nantinya akan kami jalani. Beliau penjelasannya sangat detail, bahkan juga menggambar organ reproduksi wanita serta menjelaskan proses pembuahan. Beliau menjelaskan bahwa tahapan pemerikasaan akan dilakukan bertahap. Tahapan awal akan dicoba dengan pembuahan alami, jika beberapa siklus belum berhasil, maka akan dicek saluran telur apakah ada sumbatan atau tidak. Kemudian jika ditemukan sperma suami bermasalah, akan juga dilakukan pengobatan, namun bisa juga diatasi dengan inseminasi buatan. Intinya dari penjelasan dokter adalah keputusan untuk melakukan bayi tabung masih sangat jauh melihat kondisi kami yang masih berusia muda dan juga tidak ada banyak komplikasi. Jadi sealamiah mungkin akan diusahakan.

Berhubung tanggal ovulasi kemungkinan sudah terlewat, maka dokter memutuskan untuk memberikan suntikan progesteron untuk merangsang menstruasi (yang merinding dengar kata suntik, semoga kuat ya. Akan banyak sekali kata suntik di kisah saya. hehehe). Nantinya setelah menstruasi datang, dalam tempo 5 hari selama masa menstruasi maka saya diharuskan menelepon klinik untuk membuat janji konsultasi. Saya juga diambil sampel darah sebanyak 1 tabung untuk dilakukan pengecekan hormon (LH, FSH, Tiroid, Prolaktin, Estradiol, dan Testosteron).

Tak hanya itu, suami juga diarahkan untuk dicek sampel spermanya. Hal yang lumrah mengingat dalam usaha memiliki buah hati, dibutuhkan kerjasama dua belah pihak. Cuma memang berhubung yang mengandung adalah wanita, kebanyakan orang kalau bertanya akan ke pihak wanita ‘kapan hamil?’, ‘sudah isi?’. Iya, pertanyaan yang terkadang bisa ditanggapi dengan cengegesan sambil bercanda maupun juga ditanggapi dengan keinginan memberi kepalan tinju (galak mode on). hahaha

Akhirnya setelah menstruasi datang, saya mencocokkan jadwal bersama suami agar bisa ke klinik bersama. Alhamdulillah bisa dapat waktu yang cocok. Oya ada kebijakan klinik yang cukup unik, jadi beberapa check-up tidak ditanggung oleh asuransi nasional di Jepang, akibatnya pemeriksaan tersebut tidak dapat dilakukan di hari yang sama jika kita juga melakukan check-up yang dicover asuransi. Akhirnya hari itu yang bisa dilakukan hari itu yakni pengecekan kualitas sperma suami saja. Alhamdulillah hasilnya baik. Tidak ada catatan khusus dari dokter. Dengan kata lain, ke depannya yang perlu datang ke klinik hanya saya saja. Minta dukungannya ya pak suami! ^^

Nah saat konsul dengan dokter, dilakukan USG TV untuk memonitor kondisi rahim sebelum treatment trial yang pertama ini. Hasilnya baik. Kemudian kami membahas hasil pengecekan kadar hormon saya yang lalu. Hasilnya kadar LH saya terlalu tinggi, hampir 2 kali FSH. Kadar Estradiol juga tinggi. Testosteron juga tinggi (melihat ciri fisik saya yang ada kumis tipis dan lebih banyak rambut di tubuh dibanding teman wanita lain, saya sih tidak kaget dengan hasil ini). Prolaktin juga tinggi. Tampaknya banyak PR terkait keseimbangan hormon saya. Semua ciri-ciri di atas adalah umumnya ciri PCOS (Polycystic Ovary Syndrome). Info lengkapnya saya tulis di artikel selanjutnya. Sementara yuk googling dulu. Biar jadi pembaca proaktif ^^ hehe. Akhirnya kali ini diresepkan Clomid 50 mg diminum pada hari ke 5-9 untuk merangsang perkembangan sel telur. Kemudian nanti akan terus dimonitor perkembangannya.

Oya apabila diberi obat perangsang ovulasi, wajib meminta dokter untuk memonitor secara ketat ya! Mengapa? Karena reaksi setiap orang terhadap obat ini berbeda-beda. Jika reaksinya berlebihan maka dapat terjadi OHSS. Yakni ovarium yang membengkak, bahkan bisa hingga sebesar kepalan tangan akibat terlalu banyak folikel telur yang membesar dari hasil rangsangan obat. Akibatnya tidak main-main, bisa kehilangan nyawa. Maka dari itu penting sekali dalam promil ini berkonsultasi rutin dengan ginekolog terpercaya.

Keesokan harinya saya kembali ke klinik untuk mengambil sampel darah kurang lebih 3 tabung. Nah pemeriksaan kali ini tidak dicover asuransi karena bukan merupakan penyakit (sistem kebijakan asuransi di Jepang memang seperti ini). Melainkan pemeriksaan sebagai inisiatif dari diri sendiri untuk fertility treatment. Lumayan juga biayanya ternyata. Pemeriksaan terkait yakni HIV, Clamidia, Rubella, dan beberapa lainnya yang saya kurang ingat. Suami juga mengambil tes ini. Tujuannya yakni memastikan dalam treatment ini, kedua calon orang tua tidak membawa penyakit yang dapat ditularkan ke bakal janin. Kami juga diharuskan menunjukkan buku nikah karena di Jepang memang tidak mengenal istilah donor sperma maupun folikel telur seperti di Amerika dan Eropa.

Hasilnya dari obat Clomid yang saya minum kurang memuaskan, akhirnya dokter meresepkan lagi untuk obat yang sama dengan dosis yang sama yakni 50 mg untuk diminum hari ke 10 hingga 14 dari haid hari pertama. Saya juga diberi suntikan HMG sebanyak 75 IU untuk meningkatkan rangsangan pertumbuhan sel telur. Selama memonitor perkembangan sel telur ini, saya diharuskan bolak balik ke klinik. Jika ditotal ada sekitar 5 kali saya bolak balik. Hasilnya setelah suntikan HMG pertama pun ternyata kurang memuaskan sehingga dokter memutuskan untuk disuntikkan lagi hormon HMG dengan dosis 150IU. Sayangnya sampai si obat Clomid habis pun, sel telur tidak mencapai ukuran maksimal. Hanya 2 sel telur dengan ukuran sekitar 9 mm di ovarium kiri dan kanan. Ukuran yang diharapkan minimal yakni 17 mm.

Sedih? pastinya. Tapi lagi-lagi harus mampu menata hati. Sejak awalpun saya menyadari ini bagian dari ikhtiar kami. Jatah kami ya ikhtiar. Hasilnya sesuai dengan kehendak Allah karena memang anak adalah hak prerogatif Allah. Menjalani treatment di klinik ini pun memang harus siap mental dengan perjalanan naik turunnya seperti roller coaster. Siap dengan segala resikonya. Sebelum membayangkan akhirnya memiliki buah hati, saya pun sudah menanta hati agar siap dengan segala cobaan yang mungkin akan datang bertubi-tubi. Intinya siap berbuah manis, namun juga siapkan hati dan mental baja untuk berjuang! Yang terpenting, setiap kali jatuh, saya harus bangkit lagi. Jatuh 7 kali, bangkit 8 kali. Bukan tidak pernah jatuh yang membuat kita kuat, tapi tetap bangkit setiap kali jatuh-lah yang sebenarnya menguatkan kita!

Mungkin Allah ingin agar anak saya kelak menjadi anak yang tangguh dan teguh hatinya, dan dari siapa lagi hal itu dapat diajarkan kalau bukan dari orang tua yang tangguh pula. Semuanya akan datang di waktu yang tepat. Yang terpenting kami terus berikhtiar dan berdoa merayu Allah, dan juga terus memperbaiki diri agar dapat menjadi orang tua yang terbaik bagi anak kami kelak.

Akhirnya dokter memutuskan untuk kembali menyuntik progesteron untuk merangsang menstruasi. Beliau juga mengatakan dengan kondisi telur seperti sekarang, saya kemungkinan tidak akan ovulasi bulan ini, maka diperlukan suntikan progesteron ini agar menstruasi segera datang. Beliau juga meminta saya cek darah untuk tes HOMA-IR. Tes ini ditujukan untuk mengecek resistensi insulin dalam tubuh karena dimungkinan pasien dengan riwayat diabetes dapat turut menghambat jalannya organ reproduksi dengan optimal. Saya cukup kaget karena tak ada riwayat diabetes sebelumnya. Namun setelah membaca beberapa jurnal kedokteran (Oya ini salah satu poin penting yakni carilah info yang valid di internet bukan hanya bermodal katanya-katanya. Carilah sumber informasi yang menyertakan artikel jurnal medis, penelitian, maupun publikasi dari lembaga kredibel dan terpercaya), saya ketahui untuk diabetes tipe 2, dapat muncul tanpa adanya warisan gen dari orang tua.

Hasil tes HOMA-IR saya menunjukkan gula darah berada pada level normal bahkan cenderung rendah. Jadi dugaan adanya diabetes tipe-2 yang menghambat regulasi hormon dapat dianulir. Jadi tak perlu meminum obat untuk gula darah seperti metformin dan sejenisnya. Oya saya juga perlu menambahkan saya termasuk berberat badan dengan BMI ideal, umumnya orang berasumsi PCOS hanya terjadi pada wanita yang cenderung memiliki BMI overweight, jawabannya tidak selalu loh sebenarnya!

Oya beberapa info baik dari teman maupun selebgram seperti Mesty Ariotedjo dan Alanda Kariza yang kisahnya dengan PCOS pernah saya baca mengatakan karena adanya ketidakstabilan hormon bagi penderita PCOS, maka biasanya dokter akan meresepkan obat pil KB di 3 bulan pertama untuk membantu menstabilkan hormon di dalam tubuh. Baru kemudian akan ditreatment dengan menggunakan obat perangsang pertumbuhan sel telur. Kebetulan selama 2,5 tahun sebelumnya saya sudah melakukan hal yang sama, jadi treatment dari dokter saya bisa langsung dilanjutkan dengan tahap selanjutnya yakni pemberian obat perangsang pertumbuhan sel telur seperti Clomid.

Demikian akhir dari percobaan pertama kami. Perjalanan masih panjang, kami senantiasa berharap agar Allah memberikan karunianya di waktu yang terbaik. Semoga juga dengan wujud perhatian Allah pada kami ini dapat memacu kami agar semakin giat beribadah dan memperbaiki amalan-amalan kami, istilah lainnya, ujian agar naik kelas. Saya paling suka saat mendengar ceramah Ustadz Adi Hidayat di Youtube, beliau sempat mengatakan : ‘kadang kita sebagai mahluk sampai putus asa dan mengatakan Ya Allah kenapa saya yang engkau timpakan cobaan ini?’ dan kemudian beliau mengatakan : ‘dan Allah hanya berkata mengapa tidak?’.

Memang sebagai mahluk kita terkadang lupa. Ingin mengurus bagian yang bukan jatahnya. Ingin ikut campur dalam urusan hasil akhir, padahal jatah kita hanyalah berikhtiar. Dalam Al-Quran juga dikatakan:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman ! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan Salat; sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. 2: 154).

Allah meminta kita untuk sabar dan salat, bukan mencari-cari penyelesaian. Hal ini menunjukkan dalam setiap cobaan, kita harus memperbanyak sabar dan salat agar Allah membantu kita memberikan penyelesaian bagi persoalan yang kita hadapi. Jadi mari terus berikhtiar, bersabar, dan menambah amalan baik yang wajib maupun sunnah. Semoga Allah ridho akan ikhtiar kami. Amin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.