Salah satu kisah menarik perjalanan bersama suami saat bulan puasa kemarin adalah pengembaraan semangka. Awalnya niat kami bukan untuk berburu semangka. Saya berniat mencari komik Jepang bekas untuk latihan membaca dan suami hanya berniat mengambil uang di ATM dan membeli payung. Saat tiba di gedung yang menjual komik di lantai 3, lantai 1 nya adalah supermarket. Mata kami terpaku pada sebuah semangka besar. Hargannya pun sangat murah, hanya 980 yen untuk sebuah semangka jumbo. Padahal biasa saya membeli di toko dekat rumah untuk seperempat potong seharga 300 yen. Terbayanglah kelezatan semangka untuk berbuka puasa apalagi di musim panas. Sluuurrp! Tapi menimbang kemampuan membawa semangka itu yang cukup berat, kami urungkan niat. Kemudian kami terhenti di lantai 2. Kami pun mencari payung. Payung ditemukan. Kali ini mata kami kembali terhenti dengan sebuah kereta dorong yang biasa dipakai nenek kakek di sini untuk berbelanja. Wah ternyata tidak semahal yang saya kira. Sebagai info tambahan, kalau berbelanja di Jepang cukup membuat encok badan. Mengapa? karena tidak ada moda transportasi seperti ojek yang bisa mengantar hingga ke dekat rumah. Walhasil jika berbelanja harus dipanggul sendiri. Perjuangan sekali apalagi jika kebetulan harus membeli sebotol minyak, sekotak susu, buah, dan lainnya. Saya pun akhirnya memutuskan untuk membelinya. Yah daripada encok dan sering meminta suami memijat bahu karena linu pikir saya. Meski yang pakai jika di Jepang hanyalah kakek nenek. Tak apa asal badan tak linu. Ini gambar kereta dorongnya:
Nah adanya kereta dorong inilah yang membuat keinginan membeli semangka menjadi bulat, sebulat semangkanya. Ini lah semangkanya:
Yang semangka yang hijau ya, bukan yang baju abu-abu, itu suami saya. Setelah ditimbang di rumah ternyata beratnya 7.5 kg. Wah! Alhamdulillah rejeki hari ini yang tak disangka. Sebagai penutup saya beri foto semangka kotak yang saya temukan di supermarket:
Terima kasih sudah membaca.