Melbourne and Sydney Itinerary

“Travelling, it leaves you speechless, then turns you into a storyteller — Ibn Battuta”

Perjalanan ke Benua di Selatan ini merupakan pengalaman pertama saya dan suami travelling bersama ke negara yang sama-sama tak pernah kami kunjungi sebelumnya. Memang saat awal menikah dulu sempat berbincang mengenai keinginan untuk melihat dunia di belahan lain, belajar dari orang-orang baru dan memperluas cakrawala pengetahuan Karena hal yang paling mahal di dunia yakni pengalaman. Tujuan orang-orang travelling mungkin berbeda-beda, ada yang untuk berbelanja, berburu foto pemandangan yang menakjubkan, memperbanyak koleksi selfie kece untuk dipajang di socmed, dan lainnya. Kalau tujuan kami travelling sebenarnya adalah untuk mengobservasi perilaku penduduk lokal dan cara hidup di negara tersebut. Kenapa?

Menurut kami dengan mengobservasi hal tersebut bisa menambah pengalaman dari berbagai sisi, seperti:

  1. Mengapresiasi kenyamanan di negara tempat kita tinggal sekarang yang terkadang tanpa kita sadari hanya kita anggap sambil lalu, tapi justru setelah berada di negara yang berbeda, hal tersebut kita rasakan sesungguhnya sangat membantu (Misal: keberadaan abang tukang ojek -apalagi sekarang adanya ojek online- yang kini di Jepang bagaikan oase di padang pasir. Dear abang ojek, I miss you!!)
  2. Belajar untuk lebih objektif menilai sesuatu. (Misal: Segala sesuatu pasti ada konsekuensi yang mengiringinya. Jepang itu negara yang sangat rigid alias kaku. Konsekuensinya semua orang memiliki perilaku yang sama di masyarakat, menjaga ketertiban umum, negaranya super bersih dan tertib. Saat di Australia, penduduknya berperilaku lebih santai, lebih ramah dengan orang asing, namun konsekuensinya keadaan kota agak berbeda dengan Jepang. Masyarakat kurang teratur membuang sampah, aksi vandalisme di transportasi umum, dan gelandangan yang bertebaran di pusat keramaian umum.)

Perjalanan kami terbilang cukup singkat, 2 hari di Melbourne kemudian 3 hari di Sydney. Selama kurun waktu itu banyak yang kami habiskan untuk observasi, foto-foto secukupnya saja karena kami tak mau melewatkan kesempatan untuk belajar hidup ala Melbourne dan Sydney. Dimulai dengan Melbourne, saat kami tiba di sana sedang musim panas. Tapi untungnya badan ini sudah pernah merasakan suhu yang lebih ekstrim di Arab Saudi mencapai 55 derajat celcius sehingga saat suhu mencapai 30 derajat celcius di Melbourne, tubuh ini masih mentoleransi. Awalnya kami berniat memakai SkyBus dari Bandara Tullamarine menuju hotel tempat menginap (Direct bus dari Tullamarine Airport menuju Southern Cross Station). Untunglah saya menemukan panduan untuk memakai transportasi umum yang biasanya bahkan seperempat dari ongkos Skybus. Khawatir sih sebenernya takut tersasar tapi berhubung ada suami jadi tak ada salahnya mencoba berpetualang. Saat tiba di bandara, pergilah menuju terminal 4 bandara Tullamarine untuk menuju terminal bus. Lokasi terminalnya tepat di seberang terminal 4. Carilah bus nomor 901 tujuan Frankston. Tempat naik bus tertulis di peta yang berada di dalam terminal. Setelah itu turunlah di Broadmeadow station kemudian lanjutkan perjalanan menggunakan kereta. Perjalanan bandara – Southern Cross station memakan waktu kurang lebih 40 menit. Perhatikan jadwal bus dan kereta ya agar tidak terlambat tiba ke bandara. Jadwalnya bisa diakses online di: https://www.ptv.vic.gov.au/timetables Rute selengkapnya dapat dilihat di link yang saya share di akhir artikel ini.

Transportasi umum di Melbourne umumnya memakai tram. Bahkan ada free tram zone city circle di pusat kota sehingga kita dapat dengan mudah menjelajahi Melbourne gratis! Kebetulan kami mempunyai teman yang sedang studi di Melbourne sehingga kali ini kami mempunyai pemandu wisata. Kami makan siang di Paparich, restoran Malaysia yang porsinya jumbo. Sempat kaget ternyata porsi makan di Australia sekitar 1,5 hingga 2 kalinya porsi makan normal di Jepang. Harganya pun terbilang murah dibanding Jepang. Mengingat restoran halal dengan porsi jumbo sangat jarang kami temui di Jepang. 15 AUD sudah dapat membeli 1 porsi makanan dan 1 minuman. Walhasil selama di Australia kami hanya makan 2 kali sehari, itu pun terkadang bersisa sehingga biasanya dapat kami makan di jadwal berikutnya. Misal menu makan malam kemudian sisanya kami makan saat sarapan. Beberapa tips untuk mencari makanan halal selama di Melbourne dan Sydney bisa dibaca di sini.

Oleh-oleh kami beli di sebuah toko souvenir di seberang city hall. Tokonya lengkap dan kasirnya pun ramah. Bahkan karena kami membeli gantungan kunci cukup banyak, saat membayar, kami diberi diskon tambahan. Oya, tidak perlu repot menukar uang dollar Australia sebelum melakukan perjalanan, kami menarik tabungan kami di salah satu ATM (waktu itu ATM bank ANZ di Southern Cross Station). Cukup mencari yang berlogo visa maupun mastercard. Kurs yang digunakan adalah kurs tengah (selisih 20 poin dibanding kurs money changer) dan biaya transaksi hanya sebesar 25 ribu rupiah per transaksi. Sungguh lebih murah dibanding menukar di Money Changer karena ada fee tambahan ini itu.

Sydney dicapai dengan 1,5 jam penerbangan dari Melbourne. Perjalanan yang paling berkesan untuk kami yakni perjalanan ke Blue Mountains. Berada sekitar 2,5 jam perjalanan kereta dari pusat kota Sydney, Blue Mountains menawarkan pemandangan luar biasa. Perbukitan dihiasi pepohononan kayu putih serta transportasi di daerah Scenic World menggunakan Railway, Skyway dan Cableway yang tak terlupakan. Kami membeli tiket di : www.explorerbus.com.au Kami membeli tiket Cockatoo Pass seharga 98 AUD yang memberi kami akses 2 hari di Blue Mountains, sayangnya kami hanya memakai 1 hari karena keterbatasan waktu. Akses ini super lengkap yakni akses bus tingkat sepuasnya, akses transportasi di Scenic World sepuasnya, dan tiket pertujukan Aborigin di Waradah Aboriginal Center. Blue Mountains benar-benar melebihi ekspektasi kami. Kami melewati rute walkaway mulai dari level pemula hingga expert dan yang paling memuaskan yakni pemandangan menakjubkan dari pinggir tebing yang menanti di setiap rute, air terjun, dan sungai kecil.

Sempat menemui kadal liar (how Australia it is? Lol!) dan burung-burung yang terbang bebas melintasi hutan. Scenic world juga sangat menarik dengan berbagai transportasi modern yang tersedia. Skyway menawarkan kereta gantung dengan lantai transparan sehingga kita bisa melihat pemandangan menakjubkan di bawah sana. Railway membuat hati ini berdesir dengan kemiringan ekstrimnya saat mendaki maupun menuruni bukit (steepest railway in the world). Jika hanya memiliki waktu terbatas di Sydney, kunjungan ke Blue Mountains jangan sampai terlewatkan! Please find my complete itinerary here.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.