Persiapan Keberangkatan Haji

Menyiapkan barang bawaan untuk dibawa ke Arab Saudi tentunya harus direncanakan dengan matang. Jangan sampai mengganggu kelancaran dan kenyamanan selama beribadah. Kisah lengkap berhaji dari Jepang saya dapatkan dari blognya mbak Egadion. Ada beberapa hal yang tidak terdapat dalam blog tersebut yang akan saya tambahkan sehingga dapat meminimalisir pengulangan informasi.

Tips General

  1. Obat-obatan: Persiapkan obat-obatan yang biasa digunakan sehingga reaksi pengobatan maupun pencegahan oleh tubuh lebih maksimal. Obat yang wajib dibawa dengan jumlah lebih banyak yakni obat batuk, radang tenggorokan, demam, dan flu. Saya persiapkan juga obat lainnya namun keempat jenis obat tersebut adalah senjata utama saya selama di Mekkah. Hari ke tiga di Mekkah, saya terkena radang tenggorokan, bahkan untuk bangun dari posisi rebahan ke posisi duduk membuat tenggorokan saya sakit. Badan pun rasanya meriang. Mungkin saya juga kurang memberi dopping badan dengan multivitamin sejak kedatangan, ditambah lagi bolak-balik hotel-Masjidil Haram saat waktu Zuhur yang sangat panas tanpa payung. Kondisi Masjidil Haram yang pendingin udaranya super ampuh menghalau udara panas justru membuat badan saya meriang karena tak terbiasa dari kondisi mandi keringat di perjalanan menuju masjid kemudian 5 menit setelah tiba justru sudah adem karena AC-nya super kenceng. Ditambah saya juga bandel dengan minum air zam-zam dingin. Kebayang kan nyesss banget rasanya panas-panas minum dingin tapi inilah yang justru memicu radang tenggorokan, jadi tahan diri ya, carilah air zam-zam yang not-cold kalau mau menghindari radang tenggorokan. Tipe batuk yang umum terjadi yakni batuk sangat gatal di tenggorokan dan sering disertai dahak. Batuknya sampai membuat perut sakit karena terlalu banyak kontraksi batuk 🙁 Tips menghalaunya yakni pakailah masker! Selalu setiap saat. Jangan pernah lepas maskernya. Kemarin saya membawa Bisolvon tablet yang ampuh mengencerkan dahak. Memakai inhaler dan minyak gosok juga bisa jadi alternatif untuk meredakan gejala hidung tersumbat serta pegal linu. Minyak cap kapak saya laris dipakai berbagi dengan teman sekamar untuk pijat-pijat sebelum tidur. Satu lagi senjata utama selama di Armina (Arafah-Mina-Muzdalifah) adalah cool sheet. Bentuknya mirip dengan kompres dingin untuk demam. Yang saya beli bentuknya plester dengan gel dingin. Saat ditempel ke badan rasanya langsung nyess dingin seperti menempel es batu. Sangat membantu terutama kalau kita di Armina yang suhunya bisa mencapai 50 derajat dengan fasilitas pendingin udara yang minimal. Suhu tubuh yang terlalu tinggi bisa memicu mimisan kalau yang sensitif lho! Alhamdulillah cool sheet ini cukup ampuh menurunkan suhu tubuh dan membuat kita sedikit merasa lebih adem. Tempelkan di kening, leher, dan tulang belakang. Cool sheet ini juga saya pakai saat perjalanan ke Jamarat untuk melempar jumrah. Alhamdulillah membuat lebih nyaman di tengah suhu 50 derajat celcius yang mendera.
  2. Pakaian: Pakailah jenis pakaian yang gampang menyerap keringat. Jangan memakai pakaian yang terlalu ribet karena sungguh kepraktisan pakaian akan sangat membantu kita agar dapat lebih lincah terutama saat berduyun-duyun seperti pepes memasuki Masjidil Haram dengan jutaan jamaah lainnya. Terutama saya garisbawahi untuk para Akhwat. Memang pakaian yang gamis yang indah itu membuat senang dipakai dan mungkin sangat cakep dipakai foto-foto tapi percayalah jika gamis yang terlalu menjuntai dengan segala ornamen nya akan membuat kita repot sendiri apalagi kita akan berdempet-dempetan dengan jamaah lelaki dan tidak semuanya antri dengan berjalan pelan-pelan serta tertib. Bayangkan kalau pakaian anda tersangkut saat ada jamaah yang menerobos masuk dengan semangat ’45, bisa-bisa anda ikut terseret.
  3. Alas kaki: Pakailah alas kaki yang super nyaman untuk berjalan jauh. Ibadah haji sesungguhnya sangat membutuhkan kekuatan fisik. Alas kaki yang nyaman adalah penunjang utama agar kegiatan dapat berjalan lancar. Saya kemarin pakai sandal crocs, selain nyaman juga berbahan plastik sehingga anti air. Jadi kalau berwudu ga masalah takut sepatu apek kena air.
  4. Botol Spray: Nah kalau yang ini senjata utama menghalau udara kering panas nan gersang seperti di oven. Tinggal isi dengan air zamzam kemudian disemprot semprot ke muka dan kaki. Bisa bikin segar seketika. Bisa juga dipakai untuk wudu kalau darurat kita batal karena buang angin. Biasanya saya akan mencari tap water zam-zam untuk berwudu kalau misal antrian tidak terlalu ramai. Kalau ramai, yasudah saya akan pakai botol spray ini, karena jika keluar dari masjid, niscaya harus mengantri lagi untuk masuk karena adanya sistem buka tutup gate untuk mengantisipasi jamaah yang membludak. Bisa juga dipakai untuk menyemprot masker kita sehingga agak lembab. Nantinya bernafas akan lebih sejuk. apalagi kalau airnya air dingin. Udara yang sangat kering lagi panas juga turut membuat sakit radang tenggorokan mewabah. Sering-seringlah membasahi masker!
  5. Sajadah lipat: Bawalah sajadah lipat yang tipis untuk dipakai saat Salat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Sajadah ini akan sangat berguna, terutama jika kita berada di area yang dapat melihat langsung Kabah. Persaingan nya cukup ketat, mengapa? karena jangan heran jika tiba-tiba ada yang menyempil di dekat anda sehingga anda tergusur. Sajadah ini bisa jadi senjata untuk menandai lokasi anda. Mungkin sahabat muslim kita ini sangat semangat beribadah terutama untuk melihat Kabah namun sayangnya kurang memperhatikan kenyamanan jamaah lain. Tetaplah bersabar! Setidaknya anda cukup menyiapkan space yang cukup untuk anda shalat.

Tips Khusus Akhwat

  1. Pakaian: Hindari memakai khimar serta pakaian yang berbahan jersey. Saya melakukan kekeliruan ini. Walhasil saya kepanasan saat di Armina. Jika memakai gamis, pakailah celana panjang dengan bahan yang sejuk dan menyerap keringat sehingga walaupun berlapis, akan tetap nyaman. Khimar yang berbahan sejuk meski di udara panas akan menambah kenyamanan, mirip bahan mukena namun carilah yang tidak terawang. Pendingin udara di Mina tidak akan kuat mengalahkan panasnya udara di siang hari sehingga persiapkan diri untuk menghadapinya dengan memilih pakaian yang nyaman digunakan di suhu yang panasnya ekstrim. Pakailah pakaian yang selain warna hitam, karena akan membuat kita merasa lebih panas. Warna hitam sesungguhnya lebih gampang menyerap panas. Ini khusus selama di Armina saja. Saya selama di Mekkah memakai gamis hitam untuk menyesuaikan dengan warna yang umumnya dipakai oleh Akhwat lokal dan tentunya untuk menghindari perhatian dengan memakai warna yang tidak mencolok. Selama di Mekkah, memakai pakaian hitam yang menyerap panas tidak begitu bermasalah karena Masjidil Haram memiliki pendingin udara yang mumpuni.
  2. Obat penunda haid: Jika meminum obat penunda haid, minumlah tepat waktu! Harus disiplin dan bila perlu saling mengingatkan dengan teman sekamar. Saya memakai pil kb untuk menunda haid dan sempat telat minum 3 jam karena kesibukan di hari Tawaf Ifadah dan Sai. Malamnya ternyata saya nge-flek. Langsung lah saya beri tambahan primolut selain tetap meminum obat KB nya. Alhamdulillah langsung berhenti sehingga tetap memungkinkan untuk Tawaf Wada. Jadi harus disiplin ya! Minumlah di jam yang telah ditentukan. Set alarm di handphone juga bisa menjadi alternatif.
  3. Khimar: Pakailah khimar yang praktis dan sedikit peniti maupun jarum pentul. Apalagi jika anda berniat untuk Tawaf. Bagian sekitar Hajar Aswad terutama akan membuat anda tergencet dahsyat. Waktu itu saya sempat melihat Ibu yang khimarnya terlepas akibat bergencet-gencetan di sekitar Hajar Aswad 🙁 Untuk itu hindarilah khimar yang memakai peniti dan jarum pentul. Pakailah Khimar yang seperti bergo. Insha Allah lebih aman dan nyaman dipakai terutama saat Tawaf.

Demikian tips-tips mengenai apa saja perlengkapan yang perlu digarisbawahi sehingga mendukung kenyamanan beribadah selama di Haramayn. Insha Allah akan saya update jika ada yang baru teringat. Sampai jumpa di postingan berikutnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.