Tanggal 8 Dzulhijjah tiba, artinya inilah saatnya kami memulai rangkaian ibadah haji. Setelah mandi, berganti ihram, melantunkan talbiyah, maka selanjutnya kami menunggu transportasi yang akan membawa kami ke mina. Untuk selama menginap di mina, maka kami disarankan untuk membawa satu tas punggung saja. Hal ini dikarenakan space yang terbatas di dalam tenda sehingga masing-masing diharapkan hanya membawa perlengkapan seadanya.
Perlengkapan yang saya bawa untuk 8-10 Dzulhijjah yakni:
- Pakaian Ihram ganti 1 stel
- Gamis dan Khimar 1 stel
- Handuk
- Alat mandi khusus ihram (tanpa pewangi, alkohol, dll)
- Sandal jepit
- Pakaian dalam
- Obat-obatan secukupnya
- Spray untuk air
- Al-quran dan buku doa
- Sajadah
Saya hanya membawa perlengkapan hingga 10 Dzulhijjah karena pada 11 Dzulhijjah sebelum shubuh kami akan ke Makkah untuk Tawaf Ifadah. Jadi saya bisa membawa pakaian ganti lainnya nanti.
Sesampainya di Mina, kami menuju tenda di Maktab 51. Inilah tempat menginap kami beberapa hari ke depan. Alhamdulillah tahun ini kami mendapat tambahan fasilitas kasur kecil untuk masing-masing orang. Sebenarnya saya sudah bersiap jika hanya bisa tidur beralaskan karpet. Kasurnya kecil namun pas untuk lebar badan satu orang dan berbahan busa. Lokasi tenda kami pun dekat dengan jamaah Indonesia. Ini juga menjadi suatu berkah karena kami mendapatkan catering makanan menu Indonesia untuk beberapa hari ke depan. Alhamdulillah! Cabe yang kurindu akhirnya muncul di menu makanan kali ini.
Seperti yang sebelumnya sudah saya utarakan, perbedaan suhu menjadi sangat mencolok selama di jazirah Arab. Terutama jika berpindah ke tenda di Mina. Terdapat pendingin udara, namun teriknya matahari tak mampu dikalahkan dengan udara dingin dari pendingin udara. Jadi tips dari saya yakni persiapkan mental dan kesehatan untuk menghadapi lebih kerasnya iklim di Mina. Saya rasanya ingin terus-terusan mandi, namun sebenarnya sama saja sih, selesai mandi langsung keringetan lagi. Belum lagi antrinya. hehehe. Ini ada seninya sendiri mengantri mandi di Mina. Pengalaman tak terlupakan.
Hari pertama di Mina diiisi dengan beribadah. Sambil menanti saat 9 Dzulhijjah esok harinya untuk bertolak ke Arafah. Menyiapkan mental untuk hari besarnya para umat Islam yang beribadah haji, yakni hari Arafah. Tanggal 9 Dzulhijjah tiba, kami bertolak ke Arafah untuk melaksanakan ibadah wukuf. Tenda di Arafah lebih sederhana lagi dibanding tenda di Mina dan juga terdapat pendingin udara. Namun saya memilih duduk di tanah lapang sembari menunggu hingga Maghrib tiba.
Inilah hari terpenting dalam rangkaian ibadah haji. Seperti dinukil dalam riwayat: Dari Abdurrahman bin Ya’mar al-Dili, ia berkata, “Saya menyaksikan Rasulullah SAW sedang wukuf di Arafah, lalu datang sekelompok orang dari Nejed dan bertanya, ‘Ya Rasulullah! Bagaimanakah haji itu?’ Maka, Rasulullah SAW menjawab, ‘Haji itu adalah Arafah (wukuf di Arafah) maka barang siapa yang datang sebelum shalat Subuh dari malam jama’ (malam Mudzdalifah yang mengumpulkan semua jamaah haji di sana) maka sempurnalah hajinya. Hari Mina itu adalah tiga hari, barang siapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari maka tiada dosa baginya. Dan, barang siapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu) maka tidak ada dosa pula baginya.’ Kemudian beliau menyuruh seorang laki-laki berdiri di belakangnya dan menyerukan hal itu.” (HR Tirmizi, al-Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Maksud hadis ini, wukuf di Arafah rukun haji yang paling utama sehingga seorang yang melaksanakan ibadah haji harus berwukuf di Arafah. Jika tidak sempat melakukan pada waktunya, hajinya tahun itu dianggap batal dan ia mesti mengulanginya tahun berikutnya jika ia masih mampu. Dalam suatu riwayat juga dikatakan pada hari Arafah Allah pun begitu bangga dengan orang yang wukuf di Arafah. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah berbangga kepada para malaikat-Nya pada sore Arafah dengan orang-orang di Arafah, dan berkata: “Lihatlah keadaan hambaku, mereka mendatangiku dalam keadaan kusut dan berdebu” (HR. Ahmad 2: 224.)
Berdoa, berdoa dan berdoa. Penuhi hari Arafah dengan segala doa. Hari yang sangat diberkahi untuk memanjatkan doa. Rasanya hingga Maghrib datang sangatlah cepat. Duduk di hamparan padang luas dan melihat semua jamaah memakai pakaian ihram. Mungkin kurang lebih seperti inilah miniatur Padang Mahsyar? Ya Allah naungilah hambaMu nanti saat kelak dikumpulkan di Padang Mahsyar dengan Arsy-Mu.