Haji dari Jepang – Melempar Jumrah dan Tahallul (4 of 6)

Saat matahari terbenam, mulailah kami berpindah menuju Muzdalifah untuk melaksanakan mabit. Kami tiba di Muzdalifah sekiat pukul 10 malam. Setelah usai melaksanakan shalat Maghrib dan Isya yang dijamak takhir, kemudian kami mencari kerikil untuk dikumpulkan melempar jumrah esok hari. Tak perlu khawatir kehabisan kerikil, karena terdapat gundukan-gundukan kerikil di sekitar Muzdalifah. Setelah usai mengumpulkan kerikil, kemudian kami beristirahat. Tidur di lapangan terbuka beralaskan terpal yang sudah kami bawa sambil memandang bintang di langit.

Setelah shalat shubuh berjamaah, kami bertolak menuju tenda mina. Sambil menunggu jadwal untuk melempar Jumrah. Jadwal kami melempar jumrah yakni pukul 12. Hal ini bertujuan untuk menghindari kepadatan jamaah agar tak terjadi hal yang tak diinginkan. Setelah makan siang, kami mulai berjalan kaki menuju Jamarat untuk melempar jumrah. Beramai-ramai bersama jamaah lain. Rasanya sungguh bahagia. Alhamdulillah rangkaian ibadah haji hampir terselesaikan dan semoga Allah menerima ibadah ini.

Bangunan Jamarat sungguh fantastis. Terdiri atas 3 lantai dan masing-masing jalan akses menuju ke lantai berbeda sehingga alur jamaah dapat diatur sedemikian mungkin agar tak bertumpuk. Kebetulan maktab kami berada cukup dengan Jamarat sehingga perjalanan yang ditempuh tidak jauh. Sekitar 40 menit berjalan kaki maka kami telah tiba di Jamarat. Lorong-lorong menuju Jamarat dibangun menembus gunung serta terdapat elevator datar sehingga bagi jamaah yang uzur dapat memanfaatkannya. Saya? Alhamdulillah masih Allah beri kekuatan sehingga memilih berjalan kaki.

Perjalanan menuju Jamarat di saat tengah hari membuat badan ini diterpa suhu yang ekstrim panasnya. Mencapai lebih dari 50 derajat. Sebagai siasat, saya memakai gel dingin dan ditempelkan di leher serta punggung. Cukup ampuh menurunkan suhu badan. Alur melempar Jumrah telah disesuaikan sehingga saat kita tiba di area Jumrah, pertama kali kita akan menemui dinding tinggi untuk melempar jumrah Ula, kemudian berturut-turut dilanjutkan jumrah Wustha, kemudian Aqabah.

Selesai melempar jumrah Aqabah, rasanya hati ini sedikit lega. Alhamdulillah rukun haji sedikit lagi hampir sempurna. Setelah tahallul alias mencukur rambut maka pakaian ihram dapat dilepas. Perjalanan pulang kami diselingi mampir ke keran-keran air yang terdapat di sepanjang jalan. Airnya dingin, sungguh segar diminum kala terik. Oya sepanjang jalan juga banyak petugas yang menyemprotkan air seperti hujan rintik untuk menyegarkan jamaah. Tak jarang ada jamaah yang sengaja berhenti untuk meminta disiram badannya agar segar. Percayalah 5 menit kemudian badan sudah kering kembali karena cuaca sangat terik. Maka dari itu jangan lupa membawa spray pribadi. Penolong di kala wajah dan ubun kepala rasanya penat akibat terik matahari.

Setibanya di Mina, kami menunaikan tahallul secara mandiri. Bagi yang bapak-bapak akan bergantian bercukur gundul dengan menggunakan cukur elektrik. Ibu-ibu pun begitu, menggunting seluruh bagian ujung rambut. Selesai bertahallul maka pakaian ihram boleh dilepaskan. Alhamdulillah. Saatnya beristirahat serta berganti pakaian. Tak lupa pula membereskan tas karena esok sebelum subuh tiba, kami akan bertolak ke Masjidil Haram untuk menunaikan Tawaf Ifadah.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.