Sejarah Islam di Daratan Cina: Masjid Niujie di Beijing

Sepintas jika melihat foto di atas, apa yang terlintas di benak anda? Bisakah menebak dimana foto ini diambil? Jika mengatami dengan cermat, terdapat lafaz Basmallah di bagian atas pilar bangunan. Kaligrafi islam berpadu dengan gaya arsitektur Tiongkok tradisional. Pemandangan indah ini dapat kita temui di Masjid Niujie Beijing.

Saat pertama kali merencanakan itinerary perjalanan ke suatu negara, saya selalu tertarik untuk mencari informasi mengenai masjid-masjid di negara tersebut. Selain memudahkan untuk mencari restoran halal, yang umumnya banyak terdapat di sekitar masjid, saya pun dapat mempelajari mengenai sejarah perkembangan Islam di negara tersebut. Terkadang tak jarang bertemu saudara muslim yang sangat baik dan ramah kepada kami, membuat hati ini makin mensyukuri nikmat iman dan Islam dan memiliki saudara-saudara di belahan bumi manapun. Berkunjung ke masjid pun memberikan semangat tambahan untuk terus berpegang teguh dalam menjalankan tuntunan Islam, saya melihat langsung bahwa banyak saudara muslim yang juga jauh dari kampung halaman, menjadi minoritas, namun tetap berjuang dengan semangat untuk menjalankan tuntunan agama Islam. Saya tidak sendirian dalam perjuangan ini!

Selain itu, ada perasaan tersendiri yang tak dapat saya gambarkan ketika bersujud di suatu masjid di negara lain yang asing. Saya merasa kecil, sangat kecil di hadapan Allah, Kuasa-Nya meliputi seluruh semesta alam, sedangkan saya hanyalah makhluk lemah yang tiada daya dan upaya melainkan karena rahmat dan pertolongan-Nya. Senantiasa terselip doa agar Allah tetap menjaga saya dan keluarga dalam keteguhan iman hingga akhir hayat. Juga bagi saudara-saudara muslim di rantau agar senantiasa dijaga Allah dan dikuatkan imannya di tengah gempuran stigma negatif oleh media saat ini.

Komplek Masjid Niujie sangat luas. Ukurannya mencapai 10.000 meter persegi. Di dalamnya terbagi-bagi lagi menjadi beberapa bangunan terpisah seperti: ruang shalat utama, ruang sholat khusus wanita, kantor pengurus masjid, toko makanan halal dan perlengkapan ibadah serta souvenir, ruang keals, ruang pertemuan, asrama para imam, dan juga rumah pengurus masjid. Masjid Niujie pertama kali dibangun pada tahun 996 saat dinasti Liao berkuasa. Masjid ini merupakan masjid terbesar dan tertua di Cina. Putra dari sang imam masjid yang bernama Nazaruddin mendesain masjid ini dengan memadukan bangunan tradisonal Cina dengan kaligrafi Islam. Hal ini jugalah yang menguatkan keinginan untuk berkunjung ke sana meskipun kami hanya mempunyai waktu singkat di Beijing. Sayangnya masjid ini pernah dihancurkan saat Genghis Khan datang pada 1215. Masjid ini kembali dibangun di lokasi yang sama pada tahun 1443 pada masa dinasti Ming.

Lokasi Masjid ini sangat strategis. Berdekatan dengan Tiananmen Square dan Forbidden City. Berjalan kaki sekitar 15 menit dari Stasiun Subway Caishikou, saat semakin mendekati area masjid, kita dapat merasakan aura berbeda di sana. Di sepanjang kanan dan kiri jalan banyak toko-toko yang berhiaskan tulisan kaligrafi Arab dan juga menuliskan nama tokonya dalam huruf Arab. Ada sebuah toko yang menjual daging domba segar halal yang sangat menarik bagi saya mengingat di Jepang jarang yang menjual daging halal segar. Kebanyakan dalam pak 1 kg dan beku.

Saat pertama kali melihat bangunan Masjid Niujie, tentu kita tak akan mengira bahwa bangunan tersebut adalah komplek Masjid. Setelah masuk melewati pintu gerbang dari batu berwarna hitam yang hanya bertuliskan aksara Cina, kita pun belum akan merasakan aura bahwa kita sedang berada di komplek tempat ibadah umat muslim. Di sebelah kiri terdapat sebuah gedung berlapiskan bata dan terdapat seorang bapak duduk mengamati lalu lalang di pintu masuk komplek masjid. Bagi pengunjung non muslim, dikenakan biaya sebesar 10 CNY. Berjalan lurus dari gerbang, kita akan menemui tempat wudhu wanita di sebelah kanan, beberapa meter dari situ, kita berbelok ke kiri, terlihat bangunan menara serta ruangan shalat utama.

Begitu memasuki ruangan shalat utama, sungguh berdecak kagum akan keindahan arsitekturnya. Kami menyempatkan shalat tahiyatul masjid 2 rakaat, kemudian mengabadikan sudut-sudut masjid ini di kamera kami. DI sebelah kanan dan kiri terdapat bangku dan meja yang tampaknya digunakan untuk belajar para santri. Kaligrafi huruf arab sangat indah terpatri di setiap sudut maupun pilar masjid. Begitu pula mimbar imam.

Tak hanya pilar, bahkan bagian langit-langit bangunan pun dihias dengan indahnya. Kebetylan saat kami berkunjung, terdapat pengurus masjid yang sedang mendampingi turis yang berkunjung. Seorang wanita sekitar usia 30 tahun. Sang pengurus masjid mempersilahkan wanita tersebut memasuki bagian depan ruang shalat utama dan memperdengarkan bagian dari ayat Al-quran kemudian menjelaskan makna yang terkandung di dalamnya. Wajah pengurus masjid ini khas wajah bapak-bapak keturunan asli namun bedanya ia memakai peci berwarna putih.

Ketika shalat di ruang shalat wanita, saya bertemu dengan ibu serta anak yang tampaknya pengurus masjid. Mereka sedang merapikan mukenah dan rak buku. Tempat shalat wanita memiliki penutup berbahan terpal tebal di bagian pintu masuk. Hal ini sangat menguntungkan agar tak sembarang orang dapat melihat ke bagian dalam bangunan kecuali memang sesama wanita.

Demikian cuplikan perjalanan mengunjungi Masjid Niujie ini. Semoga bisa menambah wawasan mengenai masjid-masjid yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.