A Hidden Gem in Japan : Kanazawa

I really enjoy strolling old-vibes town like Kyoto. Alas, it is always cramped during the spring and autumn season. Sometimes I did not bother the crowd, I just want to enjoy the nature’s vibes. However you have other option with less-crowd to relishing old-Japan vibes. Yes, you already read the title of this article: the answer is Kanazawa.

Kyoto offering old-town vibes in each corner of the city. The Geisha, tea time ceremony, lots of temples and shrines, and beautiful landscape garden. However if you want to see the Japanese-style castle, then you should go to Osaka. Osaka offering more modern culture (yes, you can shop till you drop in Shinsaibashi Area). If you are looking for a less-cramped city with similar vibes, and even you could also find the big castle in the same city, the Kanazawa should be on your list while in Japan.

I would like to share my itinerary while visiting Kanazawa last year.

https://docs.google.com/spreadsheets/d/1pcrdEg8iHVAVfH_ef5YdBf0BaJUMCPjytH-TaZUJlg0/edit?usp=sharing

This itinerary already highlighted main tourist spot in Kanazawa. The Nanao city was included during this trip because I want to feel a peaceful environment apart from the big city area like Kanazawa.

Main transportation in Kanazawa area is bus, especially for tourists. The loop bus and the shuttle bus is operating throughout the day. It is only 500 yen for one day pass and you can ride those buses as many times as you like! Basically you can visit all tourist spot by using these bus pas. They will give you the map along with the bus pass when you buy it at the ticket booth on Kanazawa Station.

I will tell you the story for each interesting tourist spot in Kanazawa on the separate articles. Meanwhile, why not peek a glance of the itinerary and google it by yourself. Not forget to mention the Kanazawa tourism information is very well maintained by the Ishikawa Government in English! You can find it in the link below:

https://www.hot-ishikawa.jp/english/discover.html

Petualangan di Hiroshima

Foto di atas diambil saat musim gugur di Hiroshima. Sungguh cantik karena di temgah kota ditanami banyak pohon yang berubah warna daunnya saat musim gugur tiba. Tahukah bangunan yang ada di foto itu? Bangunan ini sangat berkesan bagi saya karena hal pertama yang teringat jika berbicara tentang Jepang yakni pelajaran sejarah mengenai bom Hiroshima.

Gambar bangunan ini melekat di benak saya sejak kecil. Saat akhirnya bisa melihat dengan langsung bangunan ini, ada rasa senang karena akhirnya gambar yang hanya bisa dilihat di buku sejarah, kini di depan mata saya. Mengunjungi kota Hiroshima sebetulnya tak terbersit di benak. Akan tetapi sangat beruntungnya saya karena kampus saya memiliki program belajar budaya Jepang bagi mahasiswanya. Ada beberapa kota di sekitar Kobe yang dapat dikunjungi. Kita diwajibkan menuliskan laporan hasil kunjungan kita kemudian nanti biaya tranportasi serta akomodasi dapat di-reimburse oleh kampus. Jalna-jalan gratis! Tentu saja saya tak akan menolak.

Tahun ini pilihan saya jatuh pada Hiroshima. Saya menggunakan shinkansen yang tak sampai 1 jam telah membawa saya tiba di Hiroshima. Keluar dari stasiun, sudah disambut dengan suasana kota kecil khas Jepang. Satu hal yang sangat menyenangkan di Hiroshima yakni tak perlu naik kereta. Kali ini transportasi umum yang dipakai ke seluruh sudut kota yakni tram! Wah! menyenangkan mendapat pengalaman baru. Tram-nya terlihat sudah cukup berusia. Seperti ini tramnya:

Continue reading “Petualangan di Hiroshima”

The Best Autumn Spot in Japan

Since I first landed in Japan, Kyoto never been failed to mesmerize me. It always beautiful in every season. Kyoto has well known with its abundant culture in every corner of the city. Once you step your feet in Kyoto, you will feel like the time has turned back several decades. If Kanto area especially Tokyo has jam-pack with tall building, Kyoto offering traditional vibes of old-school Japan.

The best season to enjoy Kyoto is autumn in my opinion. There are so many picturesque landscapes which are ‘instagram-able’ material. One distinctive character of Kyoto landscape is a dense trees in one area. Their park offering colorful autumn foliage. If you pointed your camera to one spot in Kyoto, It will captured more colorful autumn compare to other cities in Japan. Well, unless if you are willing to travel to suburb area, I bet you will find similar landscapes with the one in Kyoto. However, in Kyoto you can find picturesque autumn spot nearby the city center, with a very well accessible public transportation. It is like seeing hand-painting right in front of your eyes. It is too beautiful to be true.

Alas, I just realized this after I move in to Yokohama. The second most crowded city in Japan. I never find similar (not even close) with the magnificent autumn spot in Kyoto. It is still a beautiful autumn scene, however if you ever saw the autumn-color peak in Kyoto then everything will look like a plain landscape. Dare to try? Please visit Kyoto in late November and you will never believe that our mother nature has plenty magnificent color to be offered!

 

Petualangan di FujiQ Highland

Kalau melihat foto di atas, apa yang terbayang di benak? Seram? Saya sebenarnya tak mampu membayangkan bahwa saya berhasil menaiki wahana memacu adrenalin ini di FujiQ Highland. Oya foto ini bukan saya rotasi lho! Ini wahananya memang menuking 180 derajat!

Ini salah satu wahana memacu jantung buat saya. kursi penumpang hanya 6 per kereta. Awalnya kita akan dibawa duduk menaiki tower sambil menghadap ke langit? Rasanya apa? Ya masih senag-senang aja. Tapi saking tingginya sempat merasa ini kapan sampainya. Nah setelah sampai di atas kita disajikan pemandangan super indah. Ya, karena letaknya dekat gunung Fuji maka pemandangan dari puncak ini sangat menghibur mata. Apalagi jika kondisi cerah tanpa awan, maka gunung Fuji akan terlihat sangat menawan. Tapi saya mah boro-boro keingetan mau lihat gunung Fuji. Rasanya pas sampe atas sudah nyessss… kaki keringat dingin.

Belum sampai disitu saja, masih banyak adegan berikutnya yang kalau saya bayangkan sekarang rasanya masih keringat dingin. Nah seperti terlihat di foto, ada bagian yang menukik pada saat posisi kereta seperti di foto. Ini saya ambil fotonya dengan Iphone yang tentu saja tak bisa mengambil gambar yang bergerak dengan cukup baik. Gambar ini bisa diambil karena memang keretanya berhenti sekitar 5 detik dulu sebelum diluncurkan ke bawah. Ya! dari atas terlihat seolah-seolah tak ada rel lagi di bawah, dengan posisi menukik 180 derajat, wah sudah lemas tak menentu kaki ini dibuatnya, 5 detik terlama dalam hidup rasanya.

Setelah 5 detik itu, kemudian meluncurlah kereta dengan kecepatan penuh. Tak sampai disitu saja, lintasnanya pun meliuk-liuk. entah berapa kali putaran. Kaki di kepala, kepala di kaki, sudah semrawut rasanya badan ini karena diputar-putar. Bahkan ada terowongan gelapnya. pula, berputar ditambah terowongan gelap benar-benar menuntaskan pembantaian oleh wahana ini.

Seru kan? Ini baru satu wahana saja. Aslinya ada 4 wahan roller coaster menantang di FujiQ. Bagi para pencari adrenalin wajib menyempatkan diri kesini. Jika tak ingin mengantri panjang, tiket fastpass bisa dibeli terpisah di booth tiket di dalam FujiQ. Tiket fastpass ini spesifik untuk 1 wahana jadi kalau ingin 4 wahana ya harus beli tiket fastpass sebanyak 4 buah. Selamat berburu adrenalin!

Solo Traveling di Kawaguchiko

Foto di atas mengingatkan kembali saat masa awal petualangan sebagai mahasiswa asing di Jepang. Saat musim semi pertama di Jepang saya alami, tentu kesempatan ini tak ingin saya sia-siakan. Kebetulan ada teman dari Indonesia yang ingin berpetualang ke Jepang. Setelah petualangan di kota, saya pun menambah agenda untuk menjelajahi daerah danau Kawaguchiko dekat Gunung Fuji. Saya pikir toh ini searah dengan kepulangan saya dari Tokyo ke Kobe. Tak ada salahnya berhenti di kawasan Fuji selama satu atau dua hari.

Awalnya saya berencana melakukan petualangan di Gunung Fuji bersama seorang teman yang sama-sama berkuliah di Kobe. Namun karena keperluan mendadak, tiket yang sudah dibeli dialihkan ke teman yang lain. Ya sudah tak mengapa toh masih ada teman ini pikir saya. Namun ternyata tepat di hari H sang teman mengabarakan bahwa ia ketinggalan bus karena tak berhasil menemukan halte keberangkatan. Hostel sudah dipesan dan semua itinerary perjalanan telah siap, sayang sekali kalau saya harus membatalkan dengan alasan tak ada teman. Jadilah ini sebuah perjalanan sendiri untuk pertama kalinya di negeri rantau untuk saya.

Continue reading “Solo Traveling di Kawaguchiko”

Tips Itikaf di Masjidil Haram

Selama musim haji, jamaah di Masjidil Haram sangatlah tumpah ruah. Jutaan jamaah berkumpul di satu tempat dalam satu waktu menambah semaraknya puncak musim ibadah suci bagi umat muslim ini. Proyek perluasan Masjidil Haram yang dilakukan pemerintah Arab Saudi sangat mendukung kelancaran ibadah haji. Meskipun jutaan jamaah memadati Masjidil Haram setiap tahun musim haji tiba, kenyamanan para jamaah dalam melaksanakan ibadahnya menjadi prioritas utama pemerintah Arab Saudi.

Kenikmatan beribadah di Masjidil Haram itu sulit digambarkan dengan kata-kata. Rasanya sangat damai meski hanya duduk sambil memandang Kabah. Rasanya tidak heran banyak yang ingin berlama-lama di salah satu rumah ibadah utama umat muslim ini. Apalagi mengingat cuaca di luar Masjid sangatlah terik, tentu beribadah di Masjid yang sejuk makin menambah nikmat beribadah.

Bagi saya, ada satu tantangan yang harus diatasi jika saya ingin beritikaf di Masjidil Haram. Yakni urusan kamar mandi. Cuaca yang panas tentu membuat gampang haus. Apalagi banyak jerigen air zam-zam dingin tersedia di segala penjuru masjid. Nah akan tetapi, jika ingin minum banyak, tentu berakibat harus ke belakang agak sering.

Continue reading “Tips Itikaf di Masjidil Haram”

Tips Jalan-jalan Hemat di Eropa

Bagi para budget traveller tentunya perlu mengalokasikan pendanaan dengan teliti agar pengeluaran tetap terkontrol. Salah satu pos pengeluaran yang bisa dikontrol sejak awal penyusunan itinerary yakni pengeluaran untuk transportasi lokal alias dalam kota. Negara-negara yang memang memiliki perhatian khusus untuk memanjakan para turis biasanya menyediakan tiket transportasi harian dengan harga ekonomis apalagi untuk traveller yang senang wara-wiri dalam satu hari ke 3 tempat wisata atau lebih.

Aturan dasar yang bisa diterapkan sebelum memutuskan untuk membeli tiket transportasi harian (daily pass) ini menurut pengalaman saya baru akan untung jika kita mengunjungi minimal 3 tempat wisata dalam satu hari. Jadi misal dalam satu hari kita hanya ke 2 tempat saja, biasanya membeli tiket satuan untuk rute tertentu akan lebih hemat. Beberapa kota di Eropa yang pernah saya bandingan tarif daily passnya:

  • Paris: Paris Visit Pass tampaknya sangat mahal. Apalagi sebenarnya tarif subway dalam kota sangatlah murah sekitar 2 Euro untuk satu kali perjalanan. Apalagi jika sekedar di pusat kota Paris. Saya sendiri memakai Mobili Pass, tiket ini bisa disesuaikan tergantung area yang akan kita kunjungi hari itu. Harganya bervariasi tergantung area. Paris dibagi ke dalam 5 area untuk rute subway. dengan patokan area 1 adalah pusat kota Paris dan area 5 adalah area pelosok salah satu contohnya mencakup istana Versailles. Tiket bisa dibeli langsung di mesin tiket setibanya di bandara Charles de Gaulle, Paris.
  • Belanda: Daily Pass di Belanda tampaknya sebuah kewajiban mengingat tarif keretanya lebih premium dibanding negara lain. Sebenarnya ini masalah kejujuran. Karena justru di beberapa tempat tidak perlu men-tap kartu ke mesin. Jadi kalau mau akal-akalan beli tiket dengan jarak terdekat tapi kita keluar di stasiun berbeda tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi saya tidak anjurkan, toh kita sudah memakai fasilitas yang disediakan. Ada baiknya mendukung prasarana penunjang dengan membayar tiket sesuai kewajiban. Tiket ini ditukarkan setibanya di bandara Schipol.
  • Roma: Roma menurut saya kota yang paling urakan. Semua orang tampaknya sudah terbiasa melangkahi gate karcis. Jadi tampaknya jarang sekali orang yang membayar kalau naik angkutan umum. Kecuali di stasiun pusat yang bahkan ada polisi menjaga, biasanya lebih tertib. Bus pun begitu, tampaknya tiket dibeli di awal seperl monthly pass, jadi jika anda bermodal koin euro dan berharap bisa langsung bayar pakai uang koin, anda tak akan menemukan mesin pembayaran. Jadi membeli daily pass di Roma sangat saya sarankan demi efisiensi perpindahan tempat.

Demikian beberapa info yang bisa saya bagikan. Semoga bermanfaat ^^

Halal Restaurant in Florence, Italy

Have you ever wondered to finding halal restaurant in Florence, Italy?

Yes, this is the city where the famous movie Inferno taken place. At first I was quite in doubt to finding such halal restaurant in suburb area of Italy. However there is one and the only halal restaurant there named Maddina.

I bet from the name you were guessing that they only serve Indian cuisine. The answer is no! Instead they serve wide variety of Italy cuisine as well. At first when you entered the restaurant, you will feel classy ambience from the decoration and also the seating arrangement. The ambience is close to the high-end restaurant in my opinion. Surprisingly, the price is not that expensive though. Each menu start form 10 Euro exclude tax.

The taste is very delicious! Although at first I am quite nervous to order Italy cuisine in such an typical Indian restaurant. I was ordered cheese risotto. My husband was ordered spaghetti bolognese. Both of us also ordered lasagna since we really tempted with the display in front of the restaurant.

All menu are super delicious! It is the best Italian food we ever try in Italy so far.  Moreover, you can ask permission for using the praying space in this restaurant. Why I said it is a praying space because it is located in the basement. It seems that the room is their storeroom. They had prayer mat and also a rug there which you could use for praying.

If you ever had a chance to visit Florence, don`t miss this restaurant! It has all in one package. You can eat delicious food without worrying to finding prayer space nearby. Happy traveling!

Haji dari Jepang – Tawaf Wada (6 of 6)

Sedih! satu kata yang paling menggambarkan perasaan saya saat harus kembali ke Makkah dari Mina. Hal ini karena artinya kami sudah hampir tiba di penghujung ibadah rukun haji yakni Tawaf Wada. Tawaf Perpisahan dengan Kabah. Kami diberi dua opsi untuk Tawaf Wada apakah selepas shalat Isya atau nanti saat Shubuh, Saya dan suami emmutuskan menunaikan saat selepas shalat Isya, artinya nanti kami akan shalat Shubuh di hotel. Hal ini karena pihak travel pun tak bisa memberi kepastian kapan bus untuk ke Madinah akan datang. Rentang waktunya yakni setelah Shubuh hinga jangka waktu yang tak ditentukan.

Mengingat antrian jamaah saat shalat Shubuh dan resiko menyusahkan jamaah lain jika harus menunggu kami yang tawaf Wada, maka kami putuskan menunaikan setelah shalat Isya. Selepas shalat isya, saya tatap Kabah erat-erat. Berat rasanya berpisah. Di Masjidil Haram saya dapatkan kenikmatan ibadah yang tak pernah saya rasakan sebelumnya. Rasanya tak ada rasa malas, ingin memperbanyak amalan sunnah selain yang wajib selama di Masjidil Haram.Saya menatap erat-erat Kabah seraya terselip doa semoga Allah undang lagi saya kembali ke rumah-Nya.

Rasanya langkah kaki ini tak ingin maju. Karena apabila telah 7 putaran ditunaikan, maka itulah salam perpisahan dengan Kabah. Nikmatnya shalat sambil melihat Kabah akan sangat saya rindukan. Ya Allah semoga hambaMu ini bisa diberi kenikmatan untuk diundang lagi ke rumahMu. Saya dan suami menunaikan Taqaf Wada dari lantai 2. Sengaja tidak mendekat ke Kabah karena jamaah sudah sangat ramai, dan juga kami tak ingin Tawaf ini cepat selesai.

Setelah usai 7 putaran, kami menyempatkan duduk-duduk menatap Kabah dari jauh. Adem rasanya hati ini. Hidup hanya untuk menunggu waktu shalat tiba. Selebihnya tak banyak pikiran untuk kegiatan lain. Itu yang saya rasakan selama di Makkah. Semoga kelak bisa dimudahkan untuk menjadikan mindset ini sebagai patokan rutinitas sehari-hari.

keterangan foto: Pemandanagan Kabah dari shaf shalat wanita di Masjidil Haram

Haji dari Jepang – Tawaf Ifadah (5 of 6)

Perjalanan kembali menuju Masjidil Haram diawali sejak dini hari. Kami berjalan kaki meninggalan kawasan tenda Mina. Koordinator travel memang tidak menjanjikan bahwa kami bisa naik bus ke Masjidil Haram namun beliau akan berusaha semampunya. Mulailah kami berjalan hingga sekitar 1 jam, bahkan memotong jalan dengan menuruni bukit (benar-benar seperti haji backpacker). Kemungkinan terburuknya ya kami akan berjalan dari Mina hingga ke Masjidil Haram. Wallahi, ada satu bus yang sedang ngetem. Akhirnya bus itu segera dibooking untuk mengantar kami ke Masjidil Haram. Alhamdulillah pukul 4 pagi kami tiba di dekat hotel.

Saya dan suami menyegerakan untuk ke Masjidil Haram. Jika memungkinkan, kami ingin tawaf Ifadah dapat selesai sebelum Shubuh saat kondisi tak padat karena tak banyak jamaah yang cepat kembali ke Masjidil Haram seperti kami. Tepat sesuai prediksi, jamaah tak begitu padat. Kami memutuskan untuk menunaikan Tawaf Ifadah sedapatnya hingga azan Shubuh berkumandang. Alhamdulillah Allah beri kesempatan untuk menyentuh Rukun Yamani kali ini. Sejauh ini, ini adalah posisi terdekat saya dengan Kabah. Berbagai rasa menyeruak. Yang paling saya rasakan yakni bertambahnya kecintaan terhadap Islam. Menyusuri setiap jejak langkah nabi Muhammad saw saat berhaji, dan kini bisa menyentuk Kabah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim as bersama putranya Nabi Ismail as. Tidak ada niatan untuk berdesakan untuk mendekat ke Kabah, namun Alhamdulillah Allah mudahkan.

Kami hanya mengikuti arus tawaf. Tiba-tiba kami sudah berada di samping dinding Rukun Yamani. Masha Allah. Saya yang cengeng ini lagi-lagi tak bisa menahan haru. Saya sentuh Rukun Yamani seraya bergumam dalam hati semoga Allah beri kesempatan untuk kembali ke tanah suci. Dua kali kami tawaf dan dapat mendekati rukun Yamani. Setelahnya kami terbawa arus dan akhirnya menjauh dari Kabah. Alhamdulillah 7 putaran tawaf selesai sebelum adzan Shubuh berkumandang.

Sesampainya di hotel, mulailah rutinitas mencuci. Antrian mesin cuci masih kosong, jadi dengan gesit langsung saya masukkan pakaian ihram seraya menunggu hingga proses mencuci selesai. Mandi di hotel jadi sebuah kemewahan setelah sebelumnya kami mandi di bawah pancuran air mina. Seru rasanya seperti kembali ke zaman SMA sebenarnya saat sedang kegiatan lapangan. Lalu saya packing pakaian untuk 1 hari berikutnya ke dalam tas. Kami akan melempar Jumrah pada 11 dan 12 Dzulhijjah. Sedangkan hari ke-13 Dzulhijjah, kami akan kembali ke Masjidil Haram tanpa melempar jumrah.

Siang hari setelah shalat Dzuhur, kami kembali ke Mina untuk melempar jumrah yang ke dua. Kali ini rutenya sedikit berbeda. Saya pun tak begitu mengerti. Yang jelas kami berada di lantai 3. Namun karena kami dari lantai 3, jalur untuk kembali ke tenda Mina jauh memutar bahkan hingga butuh naik bus. Sedangkan yang pertama sebelumnya kami hanya butuh jalan kaki. Rasanya mandi yang nikmat tadi sudah menguap akrena saya banjir keringat. hehehe. Ya itulah seninya. Allah tahu jamaah grup kami masih sehat dan muda lagi energik mungkin. Jadi selama rukun haji dan perpindahannya banyak kegiatan fisik tambahan dibanding jamaah lain. Kegiatan selanjutnya yakni menunggu esok tiba untuk kembali ke hotel Makkah. Alhamdulillah semua rukun haji telah dilaksanakan, terakhir yakni Tawaf Wada akan kami laksanakan esok.

keterangan gambar: kucing liar yang sangat jinak dan manja pada para jamaah ingin dielus saat di Masjidil Haram