Kastil Jepang di Atas Bukit: Kastil Matsuyama

Berbicara kastil di Jepang, kita akan diajak mempelajari banyak seni perang tradisional Jepang. Sudah pasti kita semua kenal dengan istilah samurai. Pasukan berani mati membela tuannya bersenjatakan pedang yang disebut dengan katana. Kebanyakan kastil di Jepang luluh lantak akibat Perang Dunia ke dua, dimana Jepang mengalami kekalahan telak. Kejadian bom nuklir Hiroshima dan Nagasaki merupakan hanya 2 bom terbesar yang umumnya kita dengar di pelajaran sejarah. Sebenarnya Jepang dihujani berbagai bom dari udara di luar dari dua bom nuklir tersebut. Tentu saja hal ini membuat bangunan bersejarah seperti kastil, rumah khas Jepang, dan berbagai cagar budaya lainnya hancur luluh lantak tak bersisa. Kebanyakan kastil Jepang yang kita saksikan saat ini merupakan replika dari bangunan aslinya yang dibangun menyerupai bangunan aslinya berdasarkan data-data yang tersedia serta dokumentasi foto yang bisa terselamatkan.

Kebanyakan bangunan kastil Jepang dibangun di areal yang luas karena merupakan istana sekaligus benteng pertahanan pejabat yang memerintah di suatu daerah tertentu. Umumnya kita akan temui bangunan kastil dikelilingi oleh kolam air yang cukup besar, hal ini untuk menghalau serangan pasukan dari darat. Ini merupakan mekanisme pertahanan awal agar benteng tak mudah ditembus pasukan musuh. Kolam ini dibangun mengelilingi komplek kastil dan hanya ada satu jembatan sebagai penghubung ke pintu masuk utama, harapannya serangan hanya dapat dilakukan melalui jembatan ini jadi kekuatan pasukan dapat dipusatkan untuk menghalau musuh di sektor ini.

Continue reading “Kastil Jepang di Atas Bukit: Kastil Matsuyama”

Pengalaman Menginap di Citizen-M Hotel Schipol Airport Amsterdam

Banyak hotel yang kami singgahi selama perjalanan melihat kebesaran Allah berupa bumi yang Ia hamparkan. Dalam periode itu pula ada beberapa hotel yang memiliki keunikannya tersendiri. Kali ini saya akan bercerita tentang Hotel Citizen-M yang terletak di bandara Schipol Amsterdam. Kami memilih hotel ini untuk menginap semalam karena lokasinya yang paling dekat dengan bandara Schipol, hanya 3 menit jalan kaki. Hal ini memudahkan kami yang harus terbang kembali esok paginya menuju Roma (Ini ada kisahnya tersendiri saat kami hampir tertinggal pesawat, padahal hotel sudah dekat sekali dengan bandara).

Satu kata untuk hotel di Amsterdam : MAHAL! Iya harganya lebih mahal daripada kota yang kami singgahi lainnya yakni Paris, Belgia, dan Roma. Maka kami harus pintar-pintar mengatur pengeluaran. Sebetulnya terdapat hotel lain yang lebih murah di bandara Schipol namun lokasinya berada di dalam airport jadi kita tidak diperbolehkan membawa bagasi ke dalam hotel, karena posisinya setelah check-in bagian imigrasi. Aneh kalau menurut sayakarena biasanya memang hotel transit digunakan bagi traveller yang harus terbang kembali dengan penerbangan pagi, pastinya ia masih akan membawa koper untuk menginap. Harga hotel citizen-M ini terbilang premium, sekitar 17.000 Yen pada saat itu untuk satu malam. Namun kami tak ada pilihan lain jadi kami putuskan tak apalah satu malam di sini.

Continue reading “Pengalaman Menginap di Citizen-M Hotel Schipol Airport Amsterdam”

Kobe Rope Way

Kereta yang berjalan di atas tanah? itu biasa.

Kereta yang rel-nya di atas dan berjalan seolah melayang? bisa ditemukan di Prefektur Chiba

Nah kali ini saya ingin bercerita tentang kereta yang menyusuri tebing. Kereta ini menyusuri tebing curam yang akan membawa kita dari stasiun Rokko Cable Shita Station menuju Rokko Sanjo Station. Perjalanan memakan waktu 10 menit namun sangat berkesan karena kita akan dibawa menggunakan kereta yang berdesain miring.

Kemiringan kereta ini sekitar 45 derajat, jadi sekilas jika sedang duduk di dalam kereta maka kita seolah berada di dalam kursi bioskop yang bertingkat-tingkat. Kereta ini akan berjalan pelan menuju Rokko Sanjo Station. Selama perjalanan kita dapat melihat pemandangan daerah bukit Rokko. Kereta didesai terbuka dengan sedikit jendela, jadi kita dapat benar-benar merasakan udara khas perbukitan seiring kereta menyusuri jalan hingga ke bukit Rokko bagian puncak.

Untuk ssampai ke Rokko Cable Shita Station, kita harus menaiki bus nomor 16 dari Stasiun Rokkomichi atau Stasiun Rokko. Percayalah jalannya sungguh menanjak kecuali anda memang benar-benar hobi hiking. Jalan ini biasa saya lalui untuk menuju kampus saya di Rokkodai. Awal-awal terkadang saya masih semangat berjalan kaki dengan alasan penghematan, namun lama-lama saya malas apalagi kalau sedang membawa bawaan banyak mulai dari buku, komputer, hingga kotak bento. Harga tiket bus 230 yen untuk sekali perjalanan. Kalau harga Ropeway waktu saya naik di tahun 2015 sekitar 870 yen untuk perjalnanan pulang-pergi.

Jadi kalau berkunjung ke daerah Kansai, jangan  lupa mampir ke kota Kobe ya. Menaiki kereta ini bisa menjadi pengalaman unik tersendiri. Info lengkapnya bisa diakses di sini.

Pentingnya Fokus dan Totalitas Menekuni Satu Bidang Ilmu

Belajar bisa dari mana pun dan kapanpun. Di tengah maraknya artikel yang menyoroti sosial media serta televisi yang membuat anak-anak malas beraktivitas di luar ruangan, sebenarnya asalkan bisa memanajemen waktu dan cara penggunaan dengan baik, banyak manfaat yang bisa diambil. Salah satu kegiatan yang saya suka adalah menonton beberapa program di televisi Jepang. Selain bertujuan melatih kemampuan bahasa, juga karena program televisi di Jepang berbeda dengan yang pernah saya lihat selama di Indonesia.

Acara televisi di Jepang bertujuan menggali lebih dalam segala sesuatu. Jika terkait dengan suatu benda, maka tentu akan ada cerita mengenai latar belakang bahkan eksperimen kecil-kecilan membuat benda tersebut. Apabila tentang biografi orang sukses, cerita tak hanya tentang mengenai keberhasilan yang dicapai, namun lebih ditekankan ke proses hingga ia bisa menjadi sukses.

Menurut saya kisah sukses yang menunjukkan mengenai proses, tak hanya melulu keberhasilan justru membuat pemirsa lebih banyak belajar. Bahwa untuk sukses jalannya bukanlah seperti jalan tol, kebanyakan jalannya justru terjal, berbatu, dan sangat sulit dilewati. Namun yang membedakan para orang sukses yakni sesulit apapun halangan yang ada, ia memilih bangkit dan terus berjuang. Tak ada kata menyerah!

Continue reading “Pentingnya Fokus dan Totalitas Menekuni Satu Bidang Ilmu”

Rumah Gassho-Zukuri Ternyata Ada di Yokohama

Kalau melihat bentuk rumah seperti di atas, pasti banyak yang mengenal rumah ini berada di daerah bernama Shirakawa-go. Sebuah warisan budaya dunia yang ditetapkan oleh UNESCO dan termahsyur dari Jepang. Daerah tersebut berada di Prefektur Gifu, jika menggunakan bis maka memerlukan waktu sekitar 10 jam dari Tokyo. Namun jika memakai Hokuriku Shinkansen maka hanya memerlukan waktu 1,5 jam saja untuk sampai ke stasiun Kanazawa kemudian menggunakan bus selama 1 jam (tentunya dengan harga tiket yang jauh lebih mahal).

Apabila hanya travelling selama satu minggu, tentu harus membagi waktu dengan cermat jika ingin mengunjungi daerah Shirakawa-go. Hal ini karena daerah tersebut hanya bisa dicapai jika menggunakan bus dari daerah Stasiun Kanazawa. Pemandangan yang ditawarkan memang sangat mencengangkan. Warna putih menghampar di sepanjang mata melemparkan pandangan. Sangat indah terutama bagi orang yang sepanjang tahun hanya melihat indahnya hutan, pegunungan, serta laut di negara tropis.

Continue reading “Rumah Gassho-Zukuri Ternyata Ada di Yokohama”

Kakek Ramah dari Wakayama

Menyambung kisah saya sebelumnya untuk perjalanan di Wakayama, ada satu kisah lagi yang sangat berkesan bagi saya. Apalagi saat itu saya baru saja datang ke Jepang. Lama merantau di Jakarta membuat saya banyak bersikap skeptis dan gampang curiga dengan orang lain. Maklum kalau di Jakarta dengan tingkat kriminalitas tinggi, harus pandai mawas diri. Jika ada yang ramah sedikit tentu harus lebih waspada karena bisa jadi berniat buruk, menculik, memmberi obat bius kemudian dirampok, dan bahkan memperkosa (iya sebegitu seramnya di Jakarta).

Nah saat kami sedang di kereta, tiba-tiba ada kakek yang menyapa kami (saya mengembara bersama kak A kali ini). Bahasa Jepang seadanya kami menjawab. Tahu kami dari luar Jepang, si kakek sangat ramah. Memberi kami cinderamata dari tas nya. Nah sampai sini mulai perasaan tidak enak, kok baik sekali. Kemudian mengobrol lah kami lalu si kakek menawarkan berhenti di stasiun Kishi untuk memfoto kami dengan bangunan stasiun yang unik berbentuk kepala kucing. Baiklah pikir kami, karena pada zaman itu belum ditemukan yang namanya tongsis saudara-saudara. hehehe.

Continue reading “Kakek Ramah dari Wakayama”

Wakayama : Surganya Pecinta Kucing dan Kereta

Pernah dengar nama daerah Wakayama? Pastinya jarang bagi turis kebanyakan. Namun daerah ini menawarkan pengalaman unik terutama bagi penyuka kereta karena terdapat kereta dengan tema kucing yang menjadi maskot kota ini. Yuk simak kisahnya!

Awal tiba di Jepang, sejujurnya saya belum ada niat untuk berkelana ke kota-kota lain. Mengingat saya baru saja tiba dan masih banyak kekhawatiran untuk tanggung jawab terhadap beasiswa saya. Kalau nanti dianggap performa tidak bagus terus beasiswa dihentikan bagaimana? hehe.. Tak mungkin merengek bapak ibu minta dibayarkan uang kuliah, jual rumah dulu bisa-bisa. :p

Pada masa itu pula saya berkenalan dengan Kak A. Berbeda dengan saya, Kak A ini sangat senang mencari-cari info spot berkelana mulai dari yang mainstream sampai yang anti mainstream. Dari Kak A juga lah saya akhirnya berkelana ke Wakayama. Kak A cuma bilang : ini kepala stasiunnya kucing! Ya saya pikir baiklah saya coba ikut berkelana saja, mengisi akhir pekan. Apalagi mendengar promo unik kepala stasiunnya kucing.

Continue reading “Wakayama : Surganya Pecinta Kucing dan Kereta”

Makanan Halal di Penerbangan Internasional

Penerbangan internasional selama lebih dari 5 jam tentu membutuhkan asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan makan pagi / siang / malam. Bagi para pelancong muslim, kemudahan semakin banyak didapatkan untuk memenuhi kebutuhan akan makanan halal. Banyak maskapai yang sudah menyediakan jasa pemesanan untuk para penumpang yang memiliki restriksi makanan tertentu misalnya: halal, kosher, gluten-free, dan lainnya.

Syarat yang harus dipenuhi yakni permintaan makanan dengan restriksi tertentu tersebut harus dipesan minimal 3 hari hingga 24 jam sebelum keberangkatan. Sebaiknya pemesanan dilakukan langsung setelah pembelian tiket, untuk menghindari lupa dan berakhir anda tak bisa makan apapun.

Foto di atas adalah contoh makanan halal yang disediakan oleh ANA Airlines dalam penerbangan dari Tokyo – Jakarta di kelas ekonomi. Sejauh ini sudah beberapa maskapai yang saya coba menu halalnya seperti: Qatar Airways, Thai Airways, Korean Air, Garuda Indonesia, dan ANA. Sejauh ini menu yang paling berkesan yakni yang disediakan oleh Qatar Airways. Semuanya enak bahkan hingga saya terlalu kenyang. Makanan yang disajikan seolah bukan makanan catering pesawat karena kualitasnya hampir tak berbeda jika kita membeli di restoran.

Tak hanya makanan utama, untuk makanan ringan pun disediakan seperti kacang maupun es krim. Salah satu keuntungan lainnya yakni jika kita memesan makanan dengan restriksi khusus, maka pramugari akan memberikan kita makanan lebih dulu dibanding penumpang lain. Jadi dimanapun tempat duduk kita, saat sebelum penerbangan, pramugari biasanya akan mengkonfirmasi dengan menanyakan pemesanan makanan kita lalu menaruh stiker penanda di kursi agar lebih mudah dilihat oleh pramugari yang nantinya menyajikan makanan.  Jadi kalau anda melakukan penerbangan jarak jauh, jangan lupakan untuk melakukan pemesanan makanan halal melalui internet ya!

 

Menonton Bioskop di Jepang

Ada beberapa keunikan yang saya lihat saat menonton bioskop di Jepang, langsung saja saya jabarkan:

1. Menonton hingga akhir film, bahkan hingga akhir tulisan para tim pembuat film

Ini sangat unik mengingat sangat berbeda dengan kondisi di Indonesia. Mereka memberikan penghargaan kepada para pendukung sehingga sebuah karya film dapat dinikmati dengan baik. Inilah filosofi di baliknya. Film yang baik adalah sebuah kerja tim, maka penghargaan ditujukan kepada seluruh anggota tim. Bukan hanya para pemain yang tampak di depan layar, namun juga para tim di belakang layar.

2. Bertepuk tangan setelah film selesai

Hal ini sama dengan filosofi yang sebelumnya saya tulis. Sebagai sebuah apresiasi atas sebuah karya.

3. Membawa sampah keluar studio dan membuangnya di tempat sampah yang disediakan di pintu keluar

Masuk dan keluar studio kondisinya sama yakni bersih, teratur dan rapi. Bekas bungkus makanan dan gelas minuman dibawa keluar. Para petugas pun sudah siap sedia menanti dengan senyuman di pintu keluar dengan plastik sampah untuk menampungnya. Adanya hal ini dapat membuat kelancaran bagi pengunjung selanjutnya. Para petugas kebersihan tak perlu kesusahan membersihkan studio, cukup sekali lewat sambil mengecek apakah ada barang tertinggal milik pengunjung.

Continue reading “Menonton Bioskop di Jepang”

Nanao – Potret Kemajuan Industri yang Tersisihkan

Kalau berbicara tentang Jepang, sudah pasti akan terbayang dengan negara berteknologi mutakhir, kebudayaan tradisional yang tetap lestari, negara yang bersih dan tak ada sampah, semua yang serba teratur, dan segala kebaikan lainnya yang sering kita baca melalui artikel lepas di internet.

Beberapa kesempatan sempat membaca di pemberitaan lokal Jepang mengenai masalah demografi alias kependudukan yang sudah semakin bertambah parah dari tahun ke tahunnya. Sejak awal kedatangan di Jepang, saya pun sudah terheran-heran dengan banyaknya kakek nenek yang berkeliaran di jalan. Mereka dari yang masih sehat segar bugar bahkan sampai yang sudah membawa tabung oksigen  untuk membantu bernafas masih beraktivitas di luar rumah, menaiki transportasi umum, dan aktif membaur di kegiatan komunitas. Saya lebih sering berpapasan dengan kakek-nenek dibanding anak sekolah yang pulang berjalan kaki maupun ibu-ibu mendorong kereta bayi.

Continue reading “Nanao – Potret Kemajuan Industri yang Tersisihkan”