Perjalanan kembali menuju Masjidil Haram diawali sejak dini hari. Kami berjalan kaki meninggalan kawasan tenda Mina. Koordinator travel memang tidak menjanjikan bahwa kami bisa naik bus ke Masjidil Haram namun beliau akan berusaha semampunya. Mulailah kami berjalan hingga sekitar 1 jam, bahkan memotong jalan dengan menuruni bukit (benar-benar seperti haji backpacker). Kemungkinan terburuknya ya kami akan berjalan dari Mina hingga ke Masjidil Haram. Wallahi, ada satu bus yang sedang ngetem. Akhirnya bus itu segera dibooking untuk mengantar kami ke Masjidil Haram. Alhamdulillah pukul 4 pagi kami tiba di dekat hotel.
Saya dan suami menyegerakan untuk ke Masjidil Haram. Jika memungkinkan, kami ingin tawaf Ifadah dapat selesai sebelum Shubuh saat kondisi tak padat karena tak banyak jamaah yang cepat kembali ke Masjidil Haram seperti kami. Tepat sesuai prediksi, jamaah tak begitu padat. Kami memutuskan untuk menunaikan Tawaf Ifadah sedapatnya hingga azan Shubuh berkumandang. Alhamdulillah Allah beri kesempatan untuk menyentuh Rukun Yamani kali ini. Sejauh ini, ini adalah posisi terdekat saya dengan Kabah. Berbagai rasa menyeruak. Yang paling saya rasakan yakni bertambahnya kecintaan terhadap Islam. Menyusuri setiap jejak langkah nabi Muhammad saw saat berhaji, dan kini bisa menyentuk Kabah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim as bersama putranya Nabi Ismail as. Tidak ada niatan untuk berdesakan untuk mendekat ke Kabah, namun Alhamdulillah Allah mudahkan.
Kami hanya mengikuti arus tawaf. Tiba-tiba kami sudah berada di samping dinding Rukun Yamani. Masha Allah. Saya yang cengeng ini lagi-lagi tak bisa menahan haru. Saya sentuh Rukun Yamani seraya bergumam dalam hati semoga Allah beri kesempatan untuk kembali ke tanah suci. Dua kali kami tawaf dan dapat mendekati rukun Yamani. Setelahnya kami terbawa arus dan akhirnya menjauh dari Kabah. Alhamdulillah 7 putaran tawaf selesai sebelum adzan Shubuh berkumandang.
Sesampainya di hotel, mulailah rutinitas mencuci. Antrian mesin cuci masih kosong, jadi dengan gesit langsung saya masukkan pakaian ihram seraya menunggu hingga proses mencuci selesai. Mandi di hotel jadi sebuah kemewahan setelah sebelumnya kami mandi di bawah pancuran air mina. Seru rasanya seperti kembali ke zaman SMA sebenarnya saat sedang kegiatan lapangan. Lalu saya packing pakaian untuk 1 hari berikutnya ke dalam tas. Kami akan melempar Jumrah pada 11 dan 12 Dzulhijjah. Sedangkan hari ke-13 Dzulhijjah, kami akan kembali ke Masjidil Haram tanpa melempar jumrah.
Siang hari setelah shalat Dzuhur, kami kembali ke Mina untuk melempar jumrah yang ke dua. Kali ini rutenya sedikit berbeda. Saya pun tak begitu mengerti. Yang jelas kami berada di lantai 3. Namun karena kami dari lantai 3, jalur untuk kembali ke tenda Mina jauh memutar bahkan hingga butuh naik bus. Sedangkan yang pertama sebelumnya kami hanya butuh jalan kaki. Rasanya mandi yang nikmat tadi sudah menguap akrena saya banjir keringat. hehehe. Ya itulah seninya. Allah tahu jamaah grup kami masih sehat dan muda lagi energik mungkin. Jadi selama rukun haji dan perpindahannya banyak kegiatan fisik tambahan dibanding jamaah lain. Kegiatan selanjutnya yakni menunggu esok tiba untuk kembali ke hotel Makkah. Alhamdulillah semua rukun haji telah dilaksanakan, terakhir yakni Tawaf Wada akan kami laksanakan esok.
keterangan gambar: kucing liar yang sangat jinak dan manja pada para jamaah ingin dielus saat di Masjidil Haram