Perjalanan

 

Hal terbaik dari sebuah perjalanan adalah proses perjalanan itu sendiri, bukan saat tiba di tujuan. Saya dan suami memilih transportasi umum bukan taksi karena ingin melihat langsung dinamika penduduk lokal. Dari situ kami belajar memahami perilaku dan kebiasaan penduduk lokal. Belajar berempati dan tidak menilai hanya dari tampak luar. Menjadi lebih banyak bersyukur dengan segala nikmat yang ada. Belajar lebih mengenal masing-masing pribadi juga karena di luar zona nyaman jauh dari rumah, kami adalah tim. Bergantung satu sama lain agar bisa survive di negeri antah berantah.

Terharu mrebes mili bareng waktu pertama kali lihat Kabah,
Desak-desakan tawaf,
Berlari kecil bergandengan sebelum pintu Masjid ditutup askar yang galak,
Hiking di Blue Mountain sampai nyaris ketinggalan bus terakhir dan terjebak di tengah hutan,
Menghadapi ganasnya copet di Paris dan Itali,
Naik 400an tangga ke Montmartre,
Naik 200an tangga ke bukit Florence,

Masih banyak momen bersama yang mungkin belum tertulis. Tapi justru setelah dilihat kembali, momen susah bersama justru yang paling berkesan. Semoga diberi banyak kesempatan untuk mengkoleksi memori bersama, karena koleksi benda tidak lah seberapa berharganya. 😊😊

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.