Oleh Ustadzah Hanen Akira
(Disampaikan dalam kajian kemuslimahan di Masjid Indonesia Tokyo)
Bahagia itu mudah dan simpel. Kita harus paham dulu apa itu bahagia:
Dari diri sendiri
Yakni mengerti apa itu makna bahagia bagi diri kita sendiri. Tidak ada penyakit kecuali pasti ada obatnya. Misalnya kita cemas karena sesuatu hal, dalam bahasa arab cemas ini disebut kholaq. Jika kita melakukan sesuatu karena Allah, maka kita akan fokus ke prosesnya agara diridhoi Allah. Tidak usah fokus ke hasil akhir. Semua itu sudah diatur rezekinya oleh Allah. Maka yang perlu kita lakukan yakni berdoa memohon ridho Allah.
Fitqah Billah.
artinya berputus asalah berharap pada manusia. Hal ini akan banyak mengecewakan kita karena kita mengharapkan dunia. Selain itu artinya kita sudah pakai pengaman, yakni Allah sebagai penjaga kita. Berhenti butuh pada manusia, pasrahkan pada Allah agar hidup kita lebih bahagia.
Jika kita lari dari rejeki, maka rejeki itu akan mengejar kita. Sama halnya seperti maut dan jodoh. Tak perlu risau memikirkannya, yang penting usaha kita itu halal : cara memperolehnya, jenisnya.
Sifat manusia yang dominan itu hajjah, faqqoh. Kombinasi manusia itu ruh dan jasad. Ruh itu dari langit asalnya. Jasad berasal dari tanah. Maka makanan ruh itu harus dari langit dan makanan jasad itu dari dunia. Porsi makan ruh itu lebih banyak dari jasad. Misal: memberi makan ruh dengan salat, zikir, sodaqoh dan lainnya hingga datangnya ketenangan jiwa.
Al-quran adalah ucapan terbaik dari Allah pada hambanya. Dalam surat Al Insyirah dikatakan telah diangkat beban hidup dari kita. Yang paling berat dari diri kita yakninya beratnya apabila ada dosa. Salah satu ciri mukmin itu adalah bahagianya ia ketika ia sujud dan saat bersama Rabbnya.
Hitungan usia kita itu bukan pada panjang rentangnya tahun. Tapi berapa panjang usia yang bermakna dalam ketaatan terhadapan Allah mencari ridhoNya. Dengan kata lain keberkahan usia lah yang kita cari. Saat kita sudah tiada namun masih bermanfaat untung orang lain. Misal wakaf masjid dan ilmu bermanfaat yang kita ajarkan.
Dalam surat Ad-Dhuha
ma waddaaka: Allah tidak akan meninggalkan umatnya. Bahagia, sedih, sehat, sakit, tua dan muda di dunia ini cepat berlalu, hanya sebentar. Segala yang ada di dunia ini sifatnya fana. Akhirat itulah yang abadi.
Mukmin dan muslim itu bisa bahagia meski belum sampai di surga. Di dunia pun ia bisa bahagia. Jika bertemu seseorang kemudian ditanya apa kabarnya. Jawaban yang baik yakni “Asbahna bil iman” : pagi ini kami beriman. Inilah keistimewaan para mukmin.
Surga dunia : mengucapkan la ila ha illallah, bertakwa pada Allah. Kita harus selalu bersama Allah agar kita senantiasa berbahagia di dunia. Kita harus ridha terhadap segala nikmat Allah, artinya kita senantiasa khusnudzan terhadap Allah. Asbir wa atahsib : Aku bersabar . Khusnudzan pada Allah dalam musibah, yakni yakin bahwa:
– pasti Allah kasih pengampunan
– pasti Allah kasih kemudahan
Allah yakni sesuai dengan prasangka hambanya. Berdoalah dengan membaca asmaul husna. Mengagungkan sifat-sifat Allah. Percayalah bahwa Allah akan mengabulkan doa-doa kita. Contoh kisah yang dapat kita teladani yakni kisah nabi Ayyub.
Doa yang diajarkan oleh Rasulullah : Ya Allah jangan jadikan dunia ini cita-cita terbesarku. Misal berdoa agar kelak wafat dalam keadaan khusnul khatimah.