Mengejar Beasiswa Monbukagakusho Jalur University Recommendation

Pernah dengar peribahasa rejeki tak akan lari kemana? Mungkin peribahasa inilah yang paling pas menggambarkan salah satu perjalanan hidup akademis saya, yakni melanjutkan ke program Master atau S-2 di Jepang. Sudah banyak blog yang membahas tentang beasiswa Monbukagakusho (atau biasa disebut juga Monbusho) jalur G to G alias Government to Government yang pendaftarannya dibuka setiap bulan April. Kali ini saya ingin membagikan kisah saya yang mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan sekolah melalui jalur beasiswa Mobusho U to U alias University to University. Jalur meraih beasiswa ini pun bisa saya bilang benar-benar sebuah takdir karena mengingat latar belakang saya yang tidak bisa bahasa Jepang, dan tidak pernah punya pengalaman studi di Jepang. Jadi jika memiliki latar belakang seperti saya, tak ada salahnya mencoba. Hitung-hitung pemanasan sebelum mendaftar sebelum mendaftar Monbusho G to G. Periode pendaftaran Monbusho U to U ini antara September-Oktober. Semoga bisa menjadi info bermanfaat bagi yang berkeinginan melanjutkan studi ke Jepang.

Jika ditarik mundur, awal tercetus ide melanjutkan studi ke Jepang dimulai saat saya sudah jenuh dengan kehidupan sebagai pekerja kantoran. Rasanya saya rindu akan masa-masa kuliah dulu, apalagi notabene pekerjaan saya lebih dekat ke arah konsultan teknologi dibanding membahas akuntansi dan keuangan. Entah kenapa ada rasa kepuasan tersendiri dulu di saat kuliah jika mampu memahami teori-teori akuntansi dan ekonomi kemudian menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dipahami kalangan awam.

Mulailah per-gerilya-an mencari info beasiswa. Saya mencoba mendaftar di 2 kontinen yakni Eropa dan Jepang. Mengapa? Nah inilah tips pertama yang harus dilakukan bahkan sebelum mendaftar beasiswa.

1. Kenali minat risetmu

Ibarat memanah sasaran harus cermat membidik dan mengatur kekuatan busur panah, maka begitu pula jika ingin meraih beasiswa. Beasiswa itu berarti kamu mempunyai kualitas lebih sehingga terdapat pihak yang ingin membiayai sekolahmu. Harapannya dengan pendidikanmu itu, kamu dapat memberi karya nyata nantinya. Bisa berupa publikasi di jurnal ternama, menjadi lulusan dengan nilai yang baik sehingga dapat bersaing kelak di dunia kerja dan akhirnya dapat merubah nasib keluarga, hingga berbakti memberi kontribusi ke negara asal.

Kenali kelebihan dan minatmu! Mulailah bertanya apa kualitas yang bisa kamu tawarkan sehingga unggul dibanding kandidat pelamar beasiswa lain. Nah untuk studi di Jepang khususnya, umumnya berdasarkan riset, jadi bukan course-based seperti di Eropa. Yang menentukan kelulusan adalah kualitas final paper alias Tesis dan Disertasi. Terutama untuk jalur U to U karena kualitas proposal penelitianmu ini sangat menentukan apakah seorang Professor tertarik menarikmu menjadi mahasiswa bimbingannya.

Cabang ilmu akuntansi tentu sangat banyak. Setelah menimbang-nimbang maka saya putuskan penelitian saya adalah tentang UKM (Usaha Kecil Menengah). Mulailah saya merancang proposal penelitian sedetail dan semenarik mungkin. Agak tertatih-tatih juga karena saya sambil full-time menjadi pekerja kantoran. Fase inilah yang biasanya menguji keseriusan para pelamar beasiswa. Kalau niat, pasti ada saja energi dan waktunya. Kalau tidak niat, pasti ada saja alasannya. Jadi tetaplah semangat!

2. Pertimbangkan Peringkat Universitas dan Kepopuleran Profesor di Bidang Penelitian

Setelah mempersiapkan proposal penelitian yang matang, mulailah kita mencari info tentang universitas dan Profesor yang satu bidang penelitian dengan kita. Mengapa peringkat universitas penting? Hal ini tentu saja berpengaruh kepada kuota penerima beasiswa. Semakin tenar suatu universitas, tentu kuota penerima beasiswa akan lebih banyak karena pastinya pemerintah Jepang pun ingin mendukung program internasionalisasi universitas yang tercermin salah satunya dari jumlah mahasiswa asing yang belajar di universitas tersebut.

Tahapan kedua yang terpenting yakni mencari info profesor yang satu bidang penelitian dengan kita. Info ini bisa diakses di website masing-masing universitas yang menuliskan data singkat termasuk email sang Profesor. Kalau pengalaman saya, awalnya saya kurang membidik profesor dengan spesifik. Asalkan itu profesor bidang ekonomi di universitas besar maka akan saya kirimi email proposal penelitian saya. Hasilnya? Gagal total. Dari 50 Profesor yang saya kirimi, tak ada satu pun yang membalas.

Strategi saya waktu itu mengirimi 10 profesor setiap 3 hari. Dengan tak ada balasan setelah 15 hari, maka waktu semakin menipis dan saya harus mendapatkan balasan setidaknya sebelum akhir Oktober. Maka saya berdiskusi dengan teman saya yang sedang menempuh studi di Jepang dan melanjutkan melalui program U to U namun sebelumnya ia sudah mengikuti program pertukaran pelajar ke Jepang. Jadi program Masternya adalah melanjutkan dengan Profesor yang sama. Kemudian satu tips yang saya dapat yakni menyeleksi Profesor yang satu bidang penelitian dengan saya. Biasanya akan ditulis di website universitas tentang biodata singkat sang Profesor termasuk spesifikasi bidang penelitian.

Misalnya dalam kasus saya yakni Profesor yang bidang penelitiannya tentang UKM. Setelah saya filter lagi list Profesor yang sebidang penelitian dengan saya hanya ada sekitar 10 Profesor. Iya sangat sedikit karena memang bidang penelitian yang saya pilih sangat spesifik. Kabar baiknya kalau sudah sangat spesifik seperti ini, Profesor yang melihat proposal penelitianmu adalah yang ahli di bidangnya. Jadi kalau memang proposalmu menarik, bisa jadi beliau tertarik, namun jika tidak, bisa jadi feedback untuk memperbaiki proposal sebelum mencoba program G to G berarti proposal kita masih banyak kekurangan. Jadi jangan takut gagal, toh yang penting sudah ikhtiar semaksimal mungkin. Urusan hasil bukan bagian kita, kita jatahnya ikhtiar.

3. Email dengan Isi yang Singkat, Padat, Jelas, dan Sopan

Ingat bahwa yang kita kirimi email ini adalah orang penting. Profesor yang waktunya sangat berharga dan kita adalah seorang asing yang tak pernah kenal. Sampaikan langsung maksud dari email awalmu karena memang tak banyak Profesor yang bersedia menyisihkan waktunya untuk membantumu meraih beasiswa (Ya namanya juga orang asing, belum tahu asal usul eh tahu-tahu merepotkan istilahnya. wajar kan?).

Saya waktu itu di email menyampaikan bahwa saya tertarik menjadi mahasiswa bimbingan Profesor tersebut karena memiliki bidang penelitian yang sama dan saya memiliki proposal penelitian serta CV terlampir di email tersebut. Saya juga sampaikan bahwa saya tidak memiliki dana untuk studi saya dan bermaksud mencoba mendaftar beasiswa Monbukagakusho via universitas.

4. Berdoa

Tahapan terakhir setelah melakukan ikhtiar di atas yakni berdoa. Hal ini karena memang hasil akhir adalah sesuai takdir kita. Kalaupun misal mengalami kegagalan, setidaknya jika di masa yang akan datang kita teringat maka tak ada penyesalan dan berandai-andai. Coba dulu begini dan begitu. Ini prinsip yang saya pegang dalam hal apapun, coba dulu! Jadi jika memang itu adalah bagian dari rejeki kita, percayalah akan dipermudah jalannya.

Seperti saat saya sudah mulai menerima jawaban dari seorang Profesor, beliau langsung menghubungkan saya dengan staf administrasi kampus. Kemudian sejak saat itu saya hanya berhubungan dengan beliau. Sejak email pertama beliau menjelaskan bahwa Profesor sudah menyerahkan urusan administrasi kepadanya. Jadi pendaftaran beasiswa akan diurus oleh bagian administrasi kampus. Usut punya usut ternyata saya baru tahu Profesor tersebut jabatannya cukup tinggi sehingga bisa langsung memerintah staf administrasi untuk membantunya. Nah ini juga tips penting. Karena model hirarki senioritas di Jepang sangat kuat, maka apabila Profesor yang kita incar semakin senior, peluang kita mendapatkan beasiswa akan lebih besar.

Kembali ke paragraf pembuka saya yakni peribahasa kalau rejeki memang tak akan kemana, jalan mengumpulkan dokumen pun seolah lancar tanpa halangan berarti. Seperti saat kampus meminta surat rekomendasi dari Dekan Universitas S-1 saya ditujukan langsung ke Dekan kampus universitas tujuan untuk melanjutkan S-2 dalam waktu 14 hari semua dokumen sudah harus tiba di Jepang. Semuanya berpacu dengan waktu. Alhamdulillah saya ingat saat itu ada pemilihan Gubernur DKI sehingga Jakarta libur di hari Jumat. Saya segera memesan tiket ke Jogjakarta untuk mengurus surat tersebut. Alhamdulillah tak sampai satu minggu, surat itu sudah jadi dan langsung dikirim via pos ke Jakarta.

Terdapat juga adik angkatan saya yang masih berkuliah sehingga saya dapat leluasa meminta pertolongannya untuk memonitor surat tersebut dan dapat dengan sigap langsung dikirim ke Jakarta. Seingat saya waktu itu saya pun menyerahkan translasi sertifikat kelulusan S-1 saya dalam bahasa Inggris. Lagi-lagi saya meminta tolong adik kelas saya tersebut karena hanya satu hari saya di Jogjakarta. Jadi saat semua surat tersebut selesai diproses, segera ia bantu kirimkan ke Jakarta.

Oya segala persyaratan standar lain misalnya sertifikat TOEFL/IELTS, Transkrip kelulusan yang sudah dilegalisir, Paspor, KTP, dan lainnya sudah saya siapkan sebelum saya menghubungi para Profesor. Hal ini karena saya sudah diingatkan oleh teman saya bahwa saya harus bisa menyiapkan dokumen dengan kilat. Jadi jangan lupa ya untuk menyiapkan semuanya apalagi Tes TOEFL yang berlaku internasional yang memang hanya ada jadwal tertentu untuk tesnya.

Akhir Oktober, semua dokumen sudah sampai di Jepang. Beberapa kali saya dihubungi pihak administrasi kampus untuk mengkonfirmasi dokumen. Pertengahan November saya dikabari bahwa dokumen saya sudah dikirim ke MEXT untuk diseleksi. Selanjutnya menanti. Hingga akhirnya sekitar bulan Februari saya dikabari bahwa saya lolos dan harus mempersiapkan untuk tiba di Jepang pada bulan Oktober.

Alhamdulillah. Ini semua tentu tak lepas dari doa kedua orang tua saya. Sebelum memburu beasiswa pun saya meminta restu dulu kepada beliau berdua. Seandainya beliau berdua ingin saya tetap di Jakarta saja pun tentu tak akan saya tolak karena apalah arti usaha saya tanpa restu orang tua. Beliau berdua sangat percaya kepada saya untuk bisa menjaga diri di negeri asing yang bahkan orang tua saya pun belum pernah berkunjung ke sana. 3 Oktober 2013 menjadi awal mula kisah hidup saya di Jepang sebagai mahasiswa di Universitas Kobe di jurusan Graduate School of Business and Administration

20 thoughts on “Mengejar Beasiswa Monbukagakusho Jalur University Recommendation”

  1. Hi Kak, ceritanya menginspirasi sekali. Saya sedang mengumpulkan cerita dan pengalaman beasiswa untuk ditampilkan di forum. Harapannya supaya bisa membantu dan menginspirasi teman-teman lain yang sedang dalam proses mencari beasiswa. Apakah kakak tertarik untuk berkontribusi dengan menuliskan cerita kakak di

    http://www.forumkuliah.com/forum

    Terima kasih

  2. Halo Tri,

    Terima kasih sudah membaca. Silahkan jika ingin dimasukkan artikelnya, nanti tolong dicantumkan sumber aslinya dengan menyertakan link ke artikel ini di blog saya.

    Trims

  3. Hai kak salam kenal. Apakah kakak bersedia utk bergabung mnjd pemateri di komunitas pemburubeasiswas2 via whatsapp utk share pengalaman kakak dlm mendapatkan beasiswa di jepang? terimakasih kakak maaf mengganggu.

  4. Halo Alinda,

    Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini. Kalau via whatsapp kebetulan saya kurang aktif. Kalau ada pertanyaan, bisa langsung di bagian komentar blog saya. Insya Allah saya akan coba balas satu-persatu.

    Salam,
    Steffi

  5. Halo, Kak…
    Salam kenal, saya Nana.
    Terima kasih sudah share pengalaman Kakak. Saya juga berencana untuk melanjutkan program master saya di Jepang, namun saya ingin menjadi research student terlebih dahulu.
    Kak, pada saat menghubungi professor dari universitas di Jepang, kakak menuliskan “bermaksud mencoba mendaftar beasiswa Monbukagakusho via universitas” di e-mail. Apakah nanti pihak universitas sana yang akan menghubungi Monbukagakusho dari awal sampai akhir jika mereka tertarik dengan rencana penelitian kita?
    Terima kasih.

  6. Halo Nana,

    Terima kasih sudah mampir ke blog saya.

    Ya betul sekali. Jika melalui program U-to-U memang semua proses pendaftaran ke Monbusho akan dihandle oleh pihak universitas. Jadi nanti tugas kita hanya mempersiapkan dokumen terkait. Kita kirimkan ke Jepang, kemudian tinggal menunggu pengumuman hasil seleksi. Semoga lancar ya persiapannya!

    Salam,
    Steffi

  7. Hai kak, saya mee,
    Saya ingin bertanya mengenai beasiswa U to U kakak apakah harus ada kerjasama antar Universitas?
    Karena aku Universitas saya tidak ada kerjasama dengan Univ yang saya minati,
    Dan apakah jurusan kakak tersebut linier dengan jurusan kakak sewaktu s1?
    Kemudian untuk kemampuan bahasa Inggris nya apakah ada standar tertentu dari univnya atau mengikuti standar yang di G to G?

    Terimakasih banyak..

  8. Hi Mee.. Saya coba jawab ya per poin:
    – Tidak harus ada kerjasama antar universitas. Sebagai contoh saat saya mendaftar, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM tidak menjalin kerjasama (bahkan tidak ada program pertukaran pelajar) dengan Universitas Kobe. Hanya saja, untuk surat rekomendasi, diharapkan dapat dibuat oleh Dekan FEB UGM yang ditujukan langsung kepada Rektor Universitas Kobe.

    – Jurusan saya sewaktu S1 yakni Akuntansi. S2 saya mengambil jurusan Commerce. Masih satu rumpun bidang ekonomi dan bisnis.

    – Kemampuan bahasa Inggris hanya perlu melampirkan skor IBT minimal 80.

    Semoga menjawab pertanyaannya.

  9. Hai Kak

    Kalau pake setifikat JLPT tanpa ada sertifilan TOEFL atau TOEIC bisakah?

  10. harus disertakan juga toeflnya. justru kadang sertifikat jlpt yang tidak perlu.

  11. Halo kak,
    Apakah kalau mendaftar jalur U to U ini kakak tetap harus ikut entrance examnya?
    Terima kasih kak.

  12. Halo,

    Tergantung kebijakan universitas. Kalau saya, saat diterima statusnya sebagai research student mulai Oktober 2013. Kemudian saat penerimaan mahasiswa baru untuk periode April 2014, saya ikut ujian masuk. Mulai April 2014 status saya berubah menjadi mahasiswa Master.

  13. Assalamualaikum kk, terima kasih sudah shre pengalamannyaa, agak sedikit ingin nanyak ni kk, dimanakah cari professor atau sensei yang akan kita ingin masuki?

  14. Waalaikumsalam,

    Terima kasih sudah mampir ke blog saya. Tentukan bisang konsentrasimu terlebih dahulu, misal finansial UMKM. Kemudian bisa digoogle untuk professor yang bidang penelitiannya sama denganmu di universitas Jepang. Semakin spesifik keyword yang kamu cari akan makin besar peluang menemukan professor yang sesuai. Semoga berhasil ya!

    Salam

  15. Hi kak!
    Saya juga tertarik untuk mendaftar MEXT U to U tahun depan, tapi saya masih bingung tentang beberapa hal. Bagaimana kakak bisa mendapatkan rekomendasi MEXT dari professor kakak? Apakah kakak meminta kepada beliau? Atau apakah kakak memang memberi tahu beliau bahwa kakak ingin mendapatkan beasiswa U to U? Atau professor kakak memang memiliki inisiatif sendiri untuk mendaftarkan kakak sebagai calon penerima beasiswa? Berapa rata2 nilai GPA yg hrs dimiliki untuk dapat direkomendasikan?

  16. Assalamualaikum kak steffi. Saya Choirum dari Malang? Alhamdulillah seneng banget akhirnya ketemu blog yang monbu dan jurusan bisnis)), karena rata2 semua science kak hehe.
    Oiya saya mau tanya,
    1. Saya s1 nya pertanian kak, niatnya mau daftar bisnis di s2 tapi saya sewaktu kuliah suka ikut kegiatan lomba tentang bisnis dan wirausaha, saya juga punya pengalaman kerja parttime sosmed officer selama 2 tahun. Apakah menurut kakak hal ini bisa membantu untuk crossing? Dan adakah kasus serupa yg pernah kaka tau untuk crossing jurusan yang lolos ?
    2. Kalau u to u ini apakah masa studinya 3 tahun (2 tahun master dan 1 tahun sekolah bahasa) atau seperti apa kak? Terus dalam penulisan research plan, apakah ada kiat khusus kak agar berpotensi diterima? Terimakasih banyak.

  17. Halo Nisa, terima kasih ya sudah mampir ke blog ini. Maaf saya telat balasnya.
    Seperti saya tulis di blog, tahap pertama saya yakni mencari prof yang sebidang dengan riset saya yakni financing untuk UMKM. Saya mengandalkan google. Setelah itu saya email beliau dengan memberi proposal riset. sekaligus saya jelaskan saya tidak punya biaya untuk kuliah dan saya dengar ada program beasiswa MEXT U to U. Apa sensei bisa merekomendasikan saya? Nah alhamdulillah gayung bersambut. Sensei saya posisinya cukup senior, sehingga beliau langsung mengontak bagian admin kampus untuk membimbing saya dalam aplikasi beasiswa MEXT U to U. Jadi saya hanya kontak dengan beliau saat pertama kali mengajukan proposal riset, kemudian kedua kali saat aplikasi saya dinyatakan lolos seleksi beasiswa. Selebihnya saya lebih banyak kontak ke admin kampus dalam mengirim syarat aplikasi baik secara email maupun dokumen fisik. Memang hambatan utamanya yakni apakah sensei mau mengurus administrasi aplikasi yang memang filenya banyak ini. Saya kurang ingat apakah ada syarat GPA saat mendaftar. Semoga cukup jelas ya. Best of luck!

  18. Waalaikumsalam Choirum, terima kasih sudah mampir blog ini. Kebetulan pertanyaannya bisa saya jawab karena program Master saya sesuai dengan yang kamu cari. Program Master saya tidak mengharuskan background S-1 pendaftar hanya dari bisnis. Umumnya memang program di Jepang mensyaratkan background pendidikan pendaftar sama dengan pendidikan Master yang dipilih.

    Coba kamu baca-baca program di web ini: https://sesami.b.kobe-u.ac.jp/admission/

    Ini adalah program master yang saya ikuti. Full bahasa Inggris jadi tidak memerlukan kemampuan bahasa Jepang. Saya waktu itu mulai program di bulan April. Namun sekarang tampaknya diubah menjadi Oktober. Saya waktu itu statusnya research student selama 6 bulan kemudian baru menjadi Master Student. Namun ada adik kelas saya yang langsung memulai sebagai Master Student tanpa menjadi Research student. Kenapa saya menunggu 6 bulan? karena saya tiba di Jepang bulan Oktober. Selama menunnggu intake April, saya mengikuti kelas bahasa Jepang. Semoga cukup jelas ya.

  19. Halo kak mau nanya terkait research plan, kalo boleh tau research goal kakak / after study plannya apa ya..? Saya tertarik dengan research terkait umkm juga tapi agak kesulitan menemukan kedua hal di atas karena kebanyakan seputaran private sector yang hanya berputar di soal profit usaha. Terima kasih sebelumnya sudah share pengalaman kak steffi ya.

  20. Halo, terima kasih sudah mampir blog ini. Publikasi jurnal saya bisa diakses di sini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.