(Sebuah catatan dari kajian yang diikuti penulis)
Bagian dari ibadah. Kita mengingat kematian. Bagaimana kita ingin kematian kita. Dulu ulama-ulama punya beberapa cara untuk mengingat kematian:
– berkunjung ke rumah sakit
– membuat lubang sebesar kuburan sehingga saat ia sedang galau, ia akan masuk dan mengingat kematian
Kalau kita mengingat kematian, maka yang lain akan menjadi kecil.
Dalam sebuah hadis: ingatlah pemutus kelezatan. Yakni kematian.
Mukmin yg paling baik? Mukmin yg paling baik akhlaknya.
Mukmin yg paling cerdas? Mukmin yg paling banyak mengingat kematian dan mempersiapkan sebaik-baiknya.
Uang yang dihabiskan untuk beribadah: sodaqah, zakat dan lainnya di jalan Allah, maka akan menjadi tabungan kita di akhirat.
Keutamaan mengingat kematian:
1. Mengingat kematian adalah Ibadah
Membuat kita mengingat bagaiman kelak kita akan mati.
2. Membantu kita untuk khusuk saat shalat
Shalatlah seperti orang yang tidak akan ada kesempatan lagi untuk beribadah setelah ini. Shalat yg baik akan menemani kita di alam kubur. Shalatlah dengan sempurna, perbaiki wudhu, khusuk, dll.
3. Membantu seseorang untuk mempersiapkan diri bertemu dengan Allah swt
4. Membuat seseorang memperbaiki hidupnya
Hidup hanya sekali, maka maksimalkanlah. Jadilah hamba Allah yang sukses
5. Membuat kita tidak menjadi orang zalim
Orang zalim tidak percaya akan hari akhir. Jika kita percaya adanya akhirat, maka kita akan menjaga perilaku kita di dunia.
Memiliki cita-cita untuk memiliki akhir kematian yg baik tak hanya di hadapan manusia, namun utamanya di hadapan Allah swt.
H.R. Bukhari : sesungguhnya amalan itu tergantung akhirnya.
Amal itu pentingnya adalah ikhlas. Yang penting adalah rasa malu. Selama masih ada rasa malu, maka kesempatan untuk bertaubat masih ada selama maut belum menjemput.
Khusnul khatimah, lawannya dari Suul khatimah.
Niatkan untuk jihad. Perjuangan untuk membela Islam. Meski misalkan kita hanya untuk pengajian dan menuntut ilmu namun diniatkan untuk jihad.