sebuah catatan dari kajian yang diikuti penulis
Ayat 21
Artinya : Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu”.
Maka Musa keluar dari kota Fir’aun dengan diliputi rasa takut. Maka Musa berdoa kepada Allah supaya berkenan menyelamatkannya dari orang-orang yang zhalim. Lalu pergilah ia ke kota Madyan dimana tinggallah Nabi Syuaib disana.
Ayat 22
Artinya : Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): “Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar”.
Ayat 23
Artinya : Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”.
Ketidakkuatan dan kelemahan fisik kedua wanita tersebut untuk menerobos kumpulan orang-orang lelaki sehingga mereka menunggu hingga binatang-binatang ternak orang-orang tersebut pulang terlebih dahulu, kemudian mereka berdua baru memberikan minum bagi ternak mereka. Ketika Musa melihat mereka berdua, hati Musa merasa iba.
Ayat 24
Artiya : Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”.
Maka Musa menggatikan mereka berdua memberikan minum hewan ternak mereka dan dia berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku membutuhkan kebaikan jenis apa pun yang Engkau berikan kepadaku”. Musa berada dalam kesulitan, kelelahan, kelaparan, maka Ia bermohon pada Allah jalan keluar darinya.
Ayat 25
Artinya : Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu’aib berkata: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu”.
Ketika Musa sampai pada ayah wanita itu dan menceritakan kepadanya kisah dirinya bersama Fir’aun dan kaumnya, ayah wanita itu berkata, “Janganlah takut. Kamu telah selamat dari kaum yang zhalim. Yaitu, Fir’aun dan kaumnya. Sebab, ia tidak memiliki kekuasaan atas negeri kami.”
Ayat 26
Artinya : Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.
Ayat 27
Artinya : Berkatalah dia (Syu’aib): “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”.
Nabi Syuaib menunjukkan betapa berharga putrinya sehingga ia meminta imbalan pada Musa berupa masa kerja selama delapan tahun, 10 tahun digenapkan. Hal ini adalah wujud penjagaan seorang Ayah terhadap putrinya. Menikahkannya dengan orang yang baik akhlak dan budi pekertinya.
Ayat 28
Artinya : Dia (Musa) berkata: “Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan”.
Ayat 29
Artinya : Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada keluarganya: “Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan”.
Musa menepati tempo waktu selama sepuluh tahun kepada Nabi Syuaib, yaitu tempo waktu yang lebih lama, dan kemudian berangkat bersama keluarganya menuju Mesir.
Ayat 30
Artinya : Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.
Ayat 31
Artinya : dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): “Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman.
Ayat ini menjelaskan mukjizat Nabi Musa dari Allah. Musa pun kaget melihat tongkatnya berubah menjadi ular. Kemudian Allah menenangkannya.
Ayat 32
Artinya : Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir’aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Ayat 33
Artinya : Musa berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku, telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku.
Ayat 34
Artinya : Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku”.
Ayat 38
Artinya : Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”.
Ahli pembuat tower pada jaman Firaun adalah Hamam, tujuannya agar Firaun bisa melihat Tuhannya Musa. Nama Hamam ini pun juga ditemukan pada prasasti orang Mesir. Hal ini menunjukkan betapa Al-Quran itu terpelihara keasliannya. Bahasanya pun sama dengan saat diturunkan pertama kali.
Zaid bin Tsabit adalah penulis Al-Quran. Mulanya Alquran masih berupa huruf gundul. Seiiring meluasnya kekhalifan Islam, maka diberikan tanda baca agar yang bukan penutur bahasa arab tetap dapar membacanya dengan benar. Pada jaman Khalifah Ustman bin Affan lah baru Al-Quran di beri tanda baca.
Terdapat banyak doa yang diajarkan di dalam Al-Quran. Misalnya :
Surah Thaha Ayat 25-28, “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,supaya mereka mengerti perkataanku”
Surah Al-Furqan Ayat 74, “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”