Pernahkah mendengar kata Qadarullah?
Qadarullah ini adalah obat ampuh untuk kegalauan, kebimbangan, ketakutan akan ketidakpastian masa depan, dan segala jenis keresahan dalam hidup. Kita sering terlalu fokus dengan masa depan hingga lupa menikmati momen keindahan saat ini. Tenang saja, semua sudah ada rezekinya. Fokuslah pada hal-hal yang mampu kita kontrol. Memikirkan serta mencurahkan energi untuk hal-hal yang mampu kita kontrol. Memikirkan serta mencurahkan energi untuk hal-hal yang kita tidak punya kontrol atasnya adalah hal sia-sia. Misal: kita tidak bisa mengontrol orang lain untuk menyukai kita, kita tidak bisa mengontrol suasana hati bos kita di kantor dengan harapan pekerjaan kita tidak terlalu banyak dikritik, dan hal lainnnya yang tali kendalinya tak ada pada diri kita.
Tugas manusia adalah ikhtiar semaksimal mungkin. Hal-hal yang kita yakini dapat membawa kita menjadi pribadi yang lebih baik, maka tak perlu ada keraguan untuk melakukannya. Asalkan kita sudah mengerahkan ikhtiar terbaik yang kita mampu, maka percayalah tidak perlu ada penyesalan di masa yang akan datang nantinya. Inilah yang disebut dengan Qadarullah. Kita meyakini apapun yang terjadi dalam hidup ini adalah takdir yang telah ditetapkan Allah azza wa jalla. Kadang kita berpikir, mengapa hasil yang terjadi tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
Janganlah lupa bahwa Allah berfirman sesungguhnya manusia tidak mengetahui apa yang lebih baik untuknya melaninkan hanya Allah azza wa jalla, detailnya sebagai berikut:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
Senantiasa berfikir positif. Khusnudzon dengan Allah azza wa jalla dan suudzon dengan diri sendiri, yakni perbanyak introspeksi diri, senantiasa berusaha untuk ‘naik kelas’ dalam hal ketakwaan. Ibarat sedang dalam perlombaan lari estafet, kita hanya bisa lari sekencang mungkin di etape jatah kita. Setelah tongkat estafet diserahkan ke pelari selanjutnya, kita hanya bisa menyemangati, karena kita tak punya daya (kendali) sama sekali terhadapnya.
Sama halnya seperti segala ikhtiar dalam hidup. Kita hanya dapat berusaha semaksimal mungkin yang kita mampu. Kemudian hasil akhirnya kita pasrahkan pada Allah azza wa jalla. Sembari kita juga berdoa memohon rahmat Allah azza wa jalla agar senantiasa dijaga dalam iman dan Islam di setiap langkah hidup kita. Sudah tak perlu gundah dan risau. Fokuskan pikiran ke masa kini dengan memaksimalkan ikhtiar.