Musim Panas 2018 di Jepang yang Melelehkan Diri

Judulnya dramatis ya? hehhee. Tapi sepanjang hampir 5 tahun saya di Jepang, musim panas tahun ini memang berbeda. Badan Meteorologi Jepang pun mengeluarkan peringatan akan bahaya heatwave tahun ini. Berita di televisi pun menayangnya suhu-suhu tertinggi sepanjang sejarah yang pernah dicatat terjadi di tahun ini. Bahkan Gion Matsuri yang merupakan festival tahunan terkenal di Kyoto pun terpaksa ditiadakan mengingat cuaca yang tidak kondusif dan rentan membawa banyak korban akibat suhu ekstrem jika tetap diselenggarakan.

Mungkin sebagai orang yang pernah tinggal di daerah khatulistiwa, membayangkan musim panas pastinya tak akan jauh berbeda dengan suhu di daerah khatulistiwa. Ternyata dugaan saya meleset. Yang membedakan yakni kelembaban udara. Suhu di khatulistiwa bisa jadi sama saja dengan musim panas di Jepang, namun kelembaban udaranya berbeda jauh. Beberapa waktu lalu kelembaban udara bahkan pernah mencapai 70%. Hal inilah yang rentan membuat banyak orang terkena heatwave.

Kelembaban udara yang tinggi membuat tubuh kita berkeringat sangat banyak. Akibatnya kemungkinan dehidrasi semakin tinggi. Untuk itulah dianjurkan sering-sering minum meski belum merasa haus. Hal ini bertujuan agar suhu badan dan cadangan air di dalam tubuh tetap aman terkendali.

Heat shock berbahaya loh bagi tubuh, bahkan bisa menyebabkan kematian. Sedihnya kemarin sempat membaca seorang siswa kelas 2 SD meninggal setelah 3 jam berjemur di bawah terik matahari saat kegiatan di taman bersama teman-teman sekolahnya. Heat shock berbahaya terutama bagia anak-anak dan lansia karena mereka tidak banyak memiliki cadangan otot yang dapat menampung air. Maka dari itu penting sekali untuk memberi perhatian ekstra kepada anak-anak dan lansia dalam musim panas.

Musim panas kali ini membuat saya menyetok banyak es batu di kulkas rumah. Rasanya badan turut adem setelah minum minuman dingin. Es krim pun kali ini kami stok. Mandi? sering sekali! Saya memang tidak suka badan pliket dan lengket karena keringat, jadi apabila setelah bepergian dari luar, setelah mengademkan suhu tubuh sebentar, pasti saya langsung mandi. Pemanas air pun tak saya pakai, agar saat digebyur air, badan langsung adem. Tak lupa juga saya selalu menghitung berapa banyak saya sudah minum. lebih baik bolak balik ke kamar kecil daripada saya terkena heatwave. Brace yourself! still 1 more month until the summer end.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.