Catatan ini saya tulis untuk berbagi pengalaman mengenai fasilitas kesehatan yang saya dapatkan saat menjalani kehamilan di Jepang. Suatu harapan juga terselip agar kelak nantinya sistem kesehatan di Jepang dapat pula diaplikasikan di Indonesia karena fasilitas kesehatan yang memadai sejatinya adalah hak dasar manusia.
Ceritanya akan saya bagi ke dalam beberapa bagian agar lebih gampang dipahami. Bagian pertama yakni mulai periode awal kehamilan hingga minggu ke 12 kehamilan. Selama periode ini, jadwal pengecekan untuk ibu hamil dilakukan sebanyak 2 minggu sekali. Selama periode ini, sudah ada SOP yang diberikan oleh kantor kecamatan setempat agar dapat menggunakan fasilitas subsidi dana pengecekan kehamilan dan juga biaya kelahiran. Cerita lengkapnya mengenai SOP ini bisa dibaca di sini.
Pemilihan rumah sakit bersalin dilakukan berdasarkan 2 kriteria utama. Yakni adanya dokter wanita dan juga ketersediaan makanan halal (saya jelaskan mengenai preferensi untuk menu seafood, tanpa sake dan mirin). Alhamdulillah terdapat rumah sakit berjarak 15 menit jalan kaki dari rumah saya yang mampu memenuhi kedua kriteria tersebut. Setelah memastikan kedua kriteria tersebut dapat dipenuhi, dimulailah perjalanan kehamilan di rumah sakit Jepang. Saat datang pertama kali ke klinik, langsung dilakukan uji darah dan urin lengkap. Selengkapnya jenis pengecekan yang saya lakukan yakni:
- Cek urin (mengecek apakah adanya kandungan protein dan gula)
- Cek darah lengkap (Golongan darah, Rhesus, Syphilis Serological Test, Hepatitis B Virus Antigen, Hepatitis C Antibody, HIV Antibody, Rubella Virus Antibody, HTLV-1 / Human T-cell Leukemia Virus Type 1 Antibody, Toxoplasma IgM)
- USG Transvaginal
Saat USG di usia kehamilan 6 minggu alhamdulillah telah terlihat adanya detak jantung. Satu lembar print hasil USG diberikan kepada saya. Kupon subsidi sudah dapat dipakai saat itu. saya membayar sekitar 13.000 yen 12.000 yen disubsidi dengan penggunaan kupon. Tidak ada obat anti mual maupun vitamin yang diberikan. Ini salah satu poin yang menarik bagi saya. Jepang sangat mengedepankan ke-alami-an dan minimal intervensi obat-obatan. Jika mual-pun dokter hanya memesankan asal masih bisa minum maka tidak perlu ke rumah sakit. Vitamin tambahan saya beli secara mandiri.
Saat cek berikut-berikutnya, dokter melakukan USG dan pengecekan tambahan yakni Chlamydia sebanyak satu kali. Seperti biasa kupon subsidi dipakai juga untuk pengecekan kali ini. Saya hanya perlu membayar 1300 yen. 4700 yen disubsidi oleh kupon.
Demikianlah pengecekan selama periode kehamilan awal di Jepang. Semoga bisa bermanfaat informasi ini.