Kalau melihat bentuk rumah seperti di atas, pasti banyak yang mengenal rumah ini berada di daerah bernama Shirakawa-go. Sebuah warisan budaya dunia yang ditetapkan oleh UNESCO dan termahsyur dari Jepang. Daerah tersebut berada di Prefektur Gifu, jika menggunakan bis maka memerlukan waktu sekitar 10 jam dari Tokyo. Namun jika memakai Hokuriku Shinkansen maka hanya memerlukan waktu 1,5 jam saja untuk sampai ke stasiun Kanazawa kemudian menggunakan bus selama 1 jam (tentunya dengan harga tiket yang jauh lebih mahal).
Apabila hanya travelling selama satu minggu, tentu harus membagi waktu dengan cermat jika ingin mengunjungi daerah Shirakawa-go. Hal ini karena daerah tersebut hanya bisa dicapai jika menggunakan bus dari daerah Stasiun Kanazawa. Pemandangan yang ditawarkan memang sangat mencengangkan. Warna putih menghampar di sepanjang mata melemparkan pandangan. Sangat indah terutama bagi orang yang sepanjang tahun hanya melihat indahnya hutan, pegunungan, serta laut di negara tropis.
Filosofi rumah gassho-zukuri ini pun sangat dalam. Yakni bentuknya melambangkan posisi tangan yang bertangkup di saat berdoa dalam ajaran Shinto. Rumah ini pun dibangun tanpa menggunakan paku serta bahan logam lainnya. Bahan yang digunakan semua tersedia dari alam yakni kayu dan tali. Maka dari itu harap memperhatiakn penggunaan perangkat yang menggunakan api jika sedang mengunjungi daerah ini. Terutama bagi perokok. Bahan jerami yang digunakan sebagai atap rumah ini sangat mudah terbakar.
Saya berkesempatan belajar tentang rumah gassho-zukuri ini kepada seorang pemandu sukarela. Informasi yang diberikan sangat lengkap serta informatif. Beliau pun tak segan mengajak saya naik turun maupun merunduk untuk menjelaskan mengenai bagaimana rumah ini didesain dengan sangat baik agar mampu memfasilitasi kebutuhan selama musim dingin, musim panas, dan juga sistem anti gempa. Bahkan saya diberi kesempatan khusus untuk mengintip melalui tangga kecil ke bagian dalam rumah yang normalnya tak bisa dikunjungi, khusus untuk yang ingin belajar katanya. Terima kasih kakek! (Sebenarnya ini juga berkat guru bahasa jepang saya yang meminta kepada si kakek untuk menemani berkeliling rumah, sambil melatih kemampuan bahasa jepang saya kata sensei, okelah siap!).
Nah sesuai dengan yang saya tulis di bagian judul, sebenarnya tak harus jauh hingga ke Prefektur Gifu ini untuk belajar mengenai rumah gassho-zukuri. Tak kalah menarik percayalah! Meskipun memang tak banyak salju namun jika kamu menyukai belajar mengenai sejarah serta kebudayaan Jepang, mengunjungi rumah ini bisa menjadi salah satu tujuan wisata selama di daerah Kanto. Rumah ini berada di Taman Sankeien. Alamat lengkapnya yakni di 58-1 Hommoku-Sannotani, Naka-ku, Yokohama 231-0824, Prefektur Kanagawa. Bagaimana transportasi ke sana dari Stasiun Yokohama? Kita dapat menggunakan bus nomor 8 atau 148 dari pintu timur (east exit) dengan tujuan Sankeien-Iriguchi. Lama perjalanan sekitar 35 menit dengan ongkos sebesar 220 yen. Kita masih harus berjalan sekitar 5 menit dari tempat turun bus menuju ke pintu masuk taman. Bus ini juga bisa kita temui dari halte Stasiun Sakuragicho.
Saya ceritakan singkat ya mengenai kisah rumah gassho-zukuri ini berdasarkan info dari kakek pemandu yang baik hati. Rumah gazzho-zukuri biasanya memiliki atap yang curam dengan kemiringan antara 45 derajat hingga 60 derajat. Berbahan jerami tebal yang bisa mencapai ketebalan 1 menter lebih, hal ini bertujuan untuk menahan tebalnya salju yang memang biasanya turun dengan lebat di daerah asal rumah ini berada di Prefektur Gifu. Bahan jerami ini sudah dikeringkan sedemikian rupa kemudian diikat menjadi satu anyaman agar lebih kuat sehingga meskipun salju tebal dan berat bertumpu pada atap, ia tetap mampu tetap menopang atap tetap lurus.
Ingat saya jelaskan di awal bahwa rumah ini dibangun tanpa menggunakan paku dan bahan metal lainnya? Nah disini kita bisa melihat mahakarya para perajin kayu dari Jepang. Sistem penguncian sambungan kayu ini sudah lama dikenal di Jepang sejak zaman dibangunnya kastil. Ya, keduanya menggunakan teknik yang sama. masing-masing kayu dibentuk sedemikian rupa sehingga ketika disambungkan, masing-masing akan mengunci satu sama lain sehingga dapat bersambung kokoh. Selain itu juga digunakan tali-tali dari akar rotandan pohon sejenis untuk lebih menguatkan sambungan kayu di bagian atap. Hal lain yang menarik yakni tali ini akan makin kuat seiring waktu karena adanya asap pembakaran dari dapur. Ya, lama kelamaan asap tersebut menjadi karbon yang menempel di tali hingga merubahnya menjadi warna hitam. Semakin banyak karbon pembakaran yang menumpuk, tali akan semakin kuat. Sungguh cerdas bukan?
Bangunan ini juga anti gempa meski terbuat dari kayu. Caranya yakni pada pasak kayu di bagian atap, dibuat sebuah ceruk kecil dengan besaran yang melebihi besar ujung kayu. Tujuannya? agar jika terjadi gempa serta rumah bergoyang hebat, kayu tetap dapat bertumpu di ceruk tersebut dan tidak bergeser. Otomatis masing-masing kokoh tak akan ada yang patah karena cerukan tersebut menjaga agar rumah tetap elastis dan mempertahankan masing-masing pasak tetap di posisinya semula. Kakek pemandu semangat sekali sampai merunduk-runduk bersama saya saat mengajarkan tentang ceruk untuk pasak ini lho!
Rumah gassho-zukuri biasanya berukuran besar sekitar 300 meter persegi. Jumlah lantainya ada 2 hingga 3. Namun yang juga menarik terdapat lantai mezanin, bisa dibilang seperti lantai 2.5 di rumh ini. Kenapa rumah gassho-zukuri besar? karena pada zaman dahulu biasanya ditempati oleh satu keluarga besar bahkan hingga 40 orang dalam satu rumah. Di kala musim panas, semua anggot akeluarga akan bekerja di ladang bercocok tanam. Namun saat musim dingin tiba, yang bahkan hingga mencapai 6 bulan, maka otomatis kegiatan bercocok tanam tak bisa dilakukan. Maka hal ini lah yang akan kita pelajari selanjutnya terkait desain rumah gassho zukuri.
Saat musim dingin tiba, maka kebanyakan kegiatan akan dilakukan di dalam rumah (harap diingat pada tahun tersebut belum ada pemanas ruangan). Nah inilah gunanya lantai 2 dan 3 di rumah ini. Biasanya salju akna menumpuk hingga melebihi 1 meter, sehingga lantai 1 akan terasa sangat dingi. Maka selama 6 bulan musim dingin, kegiatan akan dipusatkan di lantai atas. Apa saja yang bisa dilakukan? Terdapat tempat mengembangbiakkan ulat kapas di lantai 2. Jadi salah satu kegiatan yang bisa dilakukan yakni memintal kapas hingga menjadikannya sebagai pakaian. Membuat anyaman rotan menjadi sandal dan sepatu juga menjadi kegiatan utama selama musim dingin. Kakek pemandu juga mengajarkan teknik membuat pelapis anti air melalui buah kesemek yang dibiarkan hingga membusuk. Contohnya untuk melapisi ember kayu sehingga dapat digunakan untuk mengangkut air.
Selama musim salju, air minum didapatkan dengan mencairkan salju dari luar rumah. Terdapat satu bongkahan kayu yang dipotong menjadi setengah bagian kemudian dijadikan ceruk untuk menampung air. Perapian di dalam rumah menggunakan bahan bakar kayu. Jika pernah belajar di bidang fisika bahwa energi panas akan bergerak ke atas, maka rumah gassho-zukuri memanfaatkan hal tersebut untuk menghangatkan tubuh selama musim dingin. Bentuk atap yang seperti segitiga otomatis dapat mengumpulkan panas terpusat di lantai yang dekat dengan bagian atap.
Selain ruamh gassho-zukuri juga terdapat beberapa rumah lain yang bisa dikunjungi di Taman Sankeien. Tak lupa juga terdapat pagoda. Musim yang terbaik untuk mengunjunginya yakni saat musim gugur ketika daun berubah kemerahan. Jadi tunggu apa lagi? Jangan lupa mengunjungi Taman Sankeien saat berada di Yokohama!