Minggu ini menemani suami napak tilas ke kampusnya dulu. Kali ini tujuan utamanya menghadiri kuliah terakhir mantan sensei pembimbing saat program Master di Universitas Tohoku. Dalam budaya jepang, hubungan para anggota lab sangatlah erat, sebuah inner (naka) 中 circle. Dimana jepang mengenal konsep inner dan outer (soto) 外 circle. Tak heran hubungan senpai (senior) dan kohai (junior) pun terbangun erat. Saling bantu dalam dan di luar studi (Bahkan teman dan senpai lab suami ada yang datang ke resepsi pernikahan kami di Semarang).
Kuliah terakhir ini dihadiri semua mantan anak didik Sensei sejak awal beliau memimpin lab. Sebuah penghormatan terakhir kepada orang yang berjasa atas salah satu momen penting dalam hidup yakni bekal studi sebelum memasuki dunia kerja. Salah satu keuntungan memiliki sensei yang terkenal di bidangnya yakni akses networking eksklusif karena banyak anak didiknya yang sudah sukses memimpin perusahaan dan juga dana riset yang besar. Sensei sudah seperti Bapak pengganti selama merantau. Teringat kisah suami saat pertama kali jadi mahasiswa exchange yang baru belajar baca huruf hiragana dan katakana, kemudian ditanya hobinya apa oleh sensei. Maksud hati menjawab apa, yang keluar malah 掃除します(souji shimasu) alias bebersih. Tentu semua orang heran, dan akhirnya merespon ‘wah rajin ya’. Akhirnya baru ngeh salah kosakata kemudian. Beliau pula yang mengajarkan cara memegang sumpit yang benar, dan banyak pelajaran kehidupan lainnya.
Kisah merantau di Jepang tak akan terwujud tanpa kepercayaan sensei yang begitu besar dengan kapabilitas seorang mahasiswa dari Indonesia yang bahasa Jepang seadanya, tak mampu bayar uang kuliah, hanya bermodal tekad dan integritas dalam riset. Beliau lah yang merekomendasikan ke kampus agar suami bisa mendapatkan beasiswa, menerima suami dengan tangan terbuka setelah selesai program exchange untuk kembali ke lab yang sama melanjutkan program Master. Tak dinyana jalan ini merubah kisah hidup ke depannya karena 8 tahun sejak langkah kaki menjejak di bumi sakura, kini bahkan bisa berkesempatan bekerja di Jepang dengan bahasa pengantar full bahasa Jepang.
Kepercayaan yang diberikan sensei ini menjadi mood booster tersendiri khususnya bagi saya yang kisah pencarian beasiswanya lebih antah berantah lagi. Bermodal email berisi cv singkat dan proposal riset, tanpa pernah tatap muka. Beban tanggung jawabnya tak hanya karena tak mau mengecewakan orang yang sudah begitu percaya dengan saya, namun juga nama bangsa. Kalau saya bagus di mata sensei, beliau akan lebih banyak mengambil anak didik dari Indonesia pula nantinya.
Terima kasih sensei sudah percaya dengan kami. Selamat menikmati masa pensiun. Hasil karyamu bukan sekedar karya ilmiah di jurnal ternama, lebih dari itu beliau sudan berkontribusi untuk dunia mencetak individu-individu unggulan dalam membangun peradaban.