Foto Kabah yang diambil sesaat setelah menunaikan tawaf Wada. Baru sesaat melangkah keluar Masjidil Haram pun rasanya sudah rindu. Seraya teriring doa semoga Allah dapat mampukan lagi mengunjungi rumah-Nya
Keinginan untuk menyegerakan berhaji sesungguhnya karena saya dan suami takut belum sempat menunaikan kewajiban ini sebelum datangnya ajal. Kalau merasa pantas, tentu saja tidak. Masih banyak kekurangan dimana-mana, ibadah pun masih seadanya, sunnah masih banyak yang belum dijalankan. Justru harapannya ini jadi momen pivot hidup kami. Yang dapat diingat agar terus semangat untuk istiqamah. Karena Allah lah yang maha membolak-balikkan hati dan iman itu adakalanya naik turun. Sepulangnya pun membawa pengalaman paling berharga, makin merasakan betapa dunia itu sambil lalu. Harta benda hanyalah perhiasan dunia, bukanlah bekal untuk akhirat. Bagaimana tidak jika setiap selesai shalat fardhu akan diikuti dengan shalat jenazah berjamaah. Semoga Allah senantiasa merahmati dengan sifat qanaah.
Bersemangatlah untuk berhaji. Allah akan memampukan yang Ia undang, bukan mengundang hanya yang mampu secara materi. Dan sebaik-baiknya bekal adalah taqwa. Jadi walau menabung tak seberapa, asal istiqamah maka tetaplah optimis. Yang lebih penting disiapkan sebaik-baiknya adalah ketakwaan.