Dalam sebuah kesempatan, saya mendapatkan pengetahuan baru yang extraordinary menurut saya. Awalnya saya tak begitu tertarik karena temanya jauh dari yang pernah saya pelajari sebelumnya. Kali ini topiknya tentang arsitektur. Spesifiknya yakni arsitektur masjid. Awalnya saya menyangka yang akan dibahas adalah topik umum yang membosankan. Seperti kita ketahui jika membahas masjid pasti yang terbayang adalah bangunan berkubah dengan pengeras suara azan di bagian menaranya. Namun ada hal istimewa yang justru membuat saya sangat tertarik dengan topik bahasan arsitektur masjid.
Penyaji materi mengenai arsitektur masjid ini yakni seorang Indonesia yang kini mengajar di Malaysia. Bidang yang beliau tekuni yakni jasa konsultasi arsitektur masjid. Beliau menceritakan mengenai paradigma baru tentang masjid yang mendobrak pakem tradisional yang telah lama mengakar di masyarakat. Pertanyaan yang beliau ajukan yakni jika disebutkan kata masjid, apa yang terbayang di kepala? Terlepas dari pakem tradisional yang sebelumnya melekat di kepala kita. Berawal dari itulah, para mahasiswanya mampu menyajikan desain-desain masjid yang extra ordinary. Semangat yang ingin ditimbulkan yakni menjadikan masjid sebagai tempat yang nyaman bagi semua kalangan, dari anak-anak hingga orang tua.
Beberapa desain masjid yang extra ordinary di antaranya: masjid dengan skate park, masjid tanpa dinding, masjid dengan solar panel, dan beberapa desain unik lainnya. Terlihat bangunan yang dibuat pun tanpa terikat dengan pakem tradisional seperti adnaya menara dan kubah. Beliau juga mengatakan bahkan membuat sebuah kubah dalam sebuah bangunan dapat memakan 25% dari budget pembangunan keseluruhan masjid. Jumlah yang sangat fantastis.
Lebih jauh beliau juga mencetuskan bahwa beliau yakin bahwa masjid bukanlah sebuah bangunan, namun justru adalah jiwa yang dinamis terikat dengan kegiatan-kegiatan di dalamnya. Sebuah masjid nampak akan kurnag terasa manfaatnya meski bangunan sangatlah megah namun tak ada kegiatan rutin di dalamnya. Jiwa sebuah masjid terletak pada rutinnya aktivitas di dalam sana dan bangunan masjid itu sendiri hanyalah sebuah sarana. Hal utama yang harus ditekankan dalam memulai pembangunan masjid yakni apa tujuan yang ingin dicapai serta bagaimana mengkoordinir kegiatan rutin untuk diadakan di masjid.
Lebih jauh beliau mengatakan bahwa bisa diibaratkan jika kita mempunyai uang 1 milyar. Jika digunakan untuk membangun masjid, daripada kita fokus pada keindahan bangunan untuk menghabiskan budget 1 milyar tersebut, akan lebih bijak justru jika misal 500 juta dialokasikan sebagai dana untuk mendukung penyelanggaraan kegiatan masjid seperti: kajian rutin, TPA untuk anak-anak, dan 500 juta lainnya baru dialokasikan untuk pembangunan fisik masjid. Hal ini membuat saya sadar bahwa selama ini kebanyakan pemahaman seperti ini justru terlewatkan begitu saja. Esensi sebuah masjid dengan sebuah dinamika kegiatan di dalamnya justru adalah fokus utama dari sebuah masjid, daripada hanya pada bangunan fisiknya. Semoga makin banyak yang dapat menjadikan fokus utama membangun jiwa masjid dengan memperbanyak kegiatan rutin di dalamnya. Dengan begitu, makin banyak kalangan yang nyaman menjadikan masjid sebagai rumah utamanya.