Jepang terkenal dengan sering mengalami bencana alam. Terutama gempa karena terletak di pertemuan lempeng. Maka dari itu sangat penting bagi warganya untuk mempersiapkan diri kala terjadi bencana agar dapat tetap survive. Pemerintah Jepang sudah memikirkan hal ini, maka kegiatan penyuluhan bencana bersifat wajib. Baik di lingkungan perumahan, sekolah, dan fasilitas umum. Kali ini saya kan bercerita mengenai penyuluhan bencana di lingkungan apato saya. Ini pengalaman kedua saya. Perdana kali yang saya ikuti sewaktu menjadi mahasiswa di Kobe.
Rasanya saat mengikuti penyuluhan ini memang beda. Dibuat mirip seperti saat bencana sebenarnya. Bahkan dibuatkan tenda berasap untuk mengajarkan cara menyelamatkan diri saat kebakaran. Asli gelap! deg-degan berasa. Beberapa jenis kegiatan yang saya ikuti yakni:
- Latihan menggunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan). Tabung kecil berwarna merah ini memiliki slot kunci yang harus dibuka saat akan digunakan. Saya diajarkan cara membuka, dan juga mengarahkan selangnya untuk memadamkan api.
- Latihan merayap dalam gelap sebagai simulasi ruangan yang terbakar.
- Latihan menggunakan AED (Automated External Defibrillator). Bagian ini cukup menantang, karena kita diharapkan tak hanya mengandalkan alat, namun juga pertolongan pertama saat henti jantung. Cukup pegal tangan ini berusaha menekan jantung sesuai irama yang diaba-aba oleh petugas pada boneka model peraga.
- Latihan simulasi gempa. Berlindung dengan berpegangan kaki meja. Lagi-lagi sampai deg-degan. Skala yang digunakan yakni 7 shindo. Sekitar 8 SR. Goncangan pun tak hanya ke kanan kiri
- Penutupan dengan berfoto bersama mobil pemadam kebakaran. Oya, bisa juga memakai baju pemadam kebakaran lengkap maupun memakai topinya juga!