Sedih! satu kata yang paling menggambarkan perasaan saya saat harus kembali ke Makkah dari Mina. Hal ini karena artinya kami sudah hampir tiba di penghujung ibadah rukun haji yakni Tawaf Wada. Tawaf Perpisahan dengan Kabah. Kami diberi dua opsi untuk Tawaf Wada apakah selepas shalat Isya atau nanti saat Shubuh, Saya dan suami emmutuskan menunaikan saat selepas shalat Isya, artinya nanti kami akan shalat Shubuh di hotel. Hal ini karena pihak travel pun tak bisa memberi kepastian kapan bus untuk ke Madinah akan datang. Rentang waktunya yakni setelah Shubuh hinga jangka waktu yang tak ditentukan.
Mengingat antrian jamaah saat shalat Shubuh dan resiko menyusahkan jamaah lain jika harus menunggu kami yang tawaf Wada, maka kami putuskan menunaikan setelah shalat Isya. Selepas shalat isya, saya tatap Kabah erat-erat. Berat rasanya berpisah. Di Masjidil Haram saya dapatkan kenikmatan ibadah yang tak pernah saya rasakan sebelumnya. Rasanya tak ada rasa malas, ingin memperbanyak amalan sunnah selain yang wajib selama di Masjidil Haram.Saya menatap erat-erat Kabah seraya terselip doa semoga Allah undang lagi saya kembali ke rumah-Nya.
Rasanya langkah kaki ini tak ingin maju. Karena apabila telah 7 putaran ditunaikan, maka itulah salam perpisahan dengan Kabah. Nikmatnya shalat sambil melihat Kabah akan sangat saya rindukan. Ya Allah semoga hambaMu ini bisa diberi kenikmatan untuk diundang lagi ke rumahMu. Saya dan suami menunaikan Taqaf Wada dari lantai 2. Sengaja tidak mendekat ke Kabah karena jamaah sudah sangat ramai, dan juga kami tak ingin Tawaf ini cepat selesai.
Setelah usai 7 putaran, kami menyempatkan duduk-duduk menatap Kabah dari jauh. Adem rasanya hati ini. Hidup hanya untuk menunggu waktu shalat tiba. Selebihnya tak banyak pikiran untuk kegiatan lain. Itu yang saya rasakan selama di Makkah. Semoga kelak bisa dimudahkan untuk menjadikan mindset ini sebagai patokan rutinitas sehari-hari.
keterangan foto: Pemandanagan Kabah dari shaf shalat wanita di Masjidil Haram