Selama kurang lebih 7 hari waktu kami habiskan di Mekkah sambil menunggu datangnya tanggal 8 Dzulhijjah sebagai dimulainya ibadah utama rukun Haji. Jamaah dari Jepang relatif muda, mungkin yang paling tua pun berusia 40 tahun. Ada seorang nenek sekitar usia 60 tahun namun beliau ditemani anaknya jadi relatif ada yang selalu bersamanya dalam rangkaian ibadah. Hal ini membuat pihak travel cukup percaya untuk melepas kami beribadah mandiri selama 7 hari di Mekkah.Hidup rasanya sungguh nyaman, ketika tak dipusingkan dengan urusan lain selain ibadah. Kehidupan di Mekkah hanya disibukkan dengan bolak-balik Masjidil Haram. Hal lain di luar itu hanya dilakukan sambil lalu. Yang utama yakni menanti waktu shalat. Masha Allah sungguh nyamannya.
Awal-awal sekitar 3 hari di Mekkah, saya terkena radang tenggorokan. Sungguh nyeri dan batuk tak berhenti hingga perut nyeri karena tertekan saat batuk. Bahkan pernah saya tak kuat untuk sekedar membaca zikir sore sambil duduk, akhirnya saya berbaring sambil menunggu waktu shalat isya tiba diringi istighfar. Ini adalah permasalah utama yang biasanya memang menyerang apalagi untuk orang dengan sensitivitas terhadap perubahan cuaca. Suhu di Mekkah pada siang hari dapat mencapai 55 derajat celcius. Sangat terasa saat akan berangkat shalat Zuhur. Perjalanan 15 menit berjalan kaki kemudian begitu menjejakkan kaki di dalam masjid, wussss… dinginnya pendingin udara di dalam masjid langsung menerpa. Pendingin udaranya sangat maksimal sehingga di dalam masjid kita tak akan merasakan udara panas seperti di luar. Akan tetapi lumayan membuat meriang jika di awal-awal proses adaptasi. Badan panas dingin, apalagi segelas air zam-zam dingin sangat menggoda di tengah cuaca terik yang habis dilalui.
Sebenarnya saya sudah tahu kalau cuaca seperti ini baiknya jangan minum air zam-zam dingin. Benar saja tenggorokan saya langsung protes. Apalagi di satu sudut pengisian air zam-zam, jerigen air yang tidak dingin biasanya hanya 1 buah, sisanya sekitar 10 lainnya adalah air dingin. Awal-awal saya masih idealis mencari jerigen air zam-zam bertuliskan not cold. Tetapi lama-lama saya tergoda dengan kemudahan mendapatkan air zam-zam dingin.
Penyesalan datang terakhir. Ya, inilah konsekuensi kebandelan saya. Padahal saya awal-awal sudah disiplin memakai masker untuk pencegahan agar tak terhindar penyakit flu dan batuk. Mengingat jamaah jutaan berkumpul di satu waktu dan tempat yang sama, apalagi musim haji masih belum datang, tentu menjaga kesehatan harus diprioritaskan. Tampaknya karena kondisi menurun akibat radang tenggorokan, akhirnya runtuhlah pertahanan badan saya sehingga Qadarullah terkena batuk berdahak yang sangat gatal. Ini penyakit yang umumnya menjangkiti jamaah haji. Dahaknya sulit sekali dikeluarkan dan rasa gatalnya sungguh menyiksa. Dan sakit ini betah sama saya hingga musim haji usai. Jadi ingat bagi yang ingin menjaga stamina, berikut tipsnya:
- Selalu pakai masker! Terdapat masker yang di dalamnya bisa diselipkan pad-dingin sehingga saat bernafas tidak akan terlalu terpapar udara panas. Kalau bisa dibilang, jika tak memakai masker ini maka rasanya seperti bernafas dengan udara oven. Maka masker dengan pad-dingin ini sangat membantu. Kalau darurat paling saya siasati masker biasa kemudian saya selipkan tisu yang dibasahi air. Efeknya sama saja. Bikin nafas adem.
- Jangan tergoda dengan zam-zam dingin. Kuatkan iman!
- Bawalah obat batuk yang cocok. Saya waktu itu membawa bisolvon tablet. Bagi saya obat ini ampuh megencerkan dahak.
- Bawa vitamin penambah stamina. Saya waktu itu tidak persiapan vitamin ini dan kemudian Qadarullah terlanjur sakit duluan.
- Temukan ritme ibadah yang sesuai sambil tetap prioritaskan stamina. Ingat ibadah sesungguhnya yakni melengkapi rukun haji nanti di 8-13 Dzulhijjah. Jangan sampai jor-joran di Mekkah malah menghambat saat mengerjakan rukun haji karena sakit. Saat sakit tenggorokan semakin parah dan kepala pusing maka saya putuskan untuk shalat Dzuhur akan saya kerjakan di penginapan saja. Tampaknya badan ini tidak kuat menembus matahari terik saat siang hari. Sisa shalat lainnya barulah saya kerjakan di Masjidil Haram.