Belajar bisa dari mana pun dan kapanpun. Di tengah maraknya artikel yang menyoroti sosial media serta televisi yang membuat anak-anak malas beraktivitas di luar ruangan, sebenarnya asalkan bisa memanajemen waktu dan cara penggunaan dengan baik, banyak manfaat yang bisa diambil. Salah satu kegiatan yang saya suka adalah menonton beberapa program di televisi Jepang. Selain bertujuan melatih kemampuan bahasa, juga karena program televisi di Jepang berbeda dengan yang pernah saya lihat selama di Indonesia.
Acara televisi di Jepang bertujuan menggali lebih dalam segala sesuatu. Jika terkait dengan suatu benda, maka tentu akan ada cerita mengenai latar belakang bahkan eksperimen kecil-kecilan membuat benda tersebut. Apabila tentang biografi orang sukses, cerita tak hanya tentang mengenai keberhasilan yang dicapai, namun lebih ditekankan ke proses hingga ia bisa menjadi sukses.
Menurut saya kisah sukses yang menunjukkan mengenai proses, tak hanya melulu keberhasilan justru membuat pemirsa lebih banyak belajar. Bahwa untuk sukses jalannya bukanlah seperti jalan tol, kebanyakan jalannya justru terjal, berbatu, dan sangat sulit dilewati. Namun yang membedakan para orang sukses yakni sesulit apapun halangan yang ada, ia memilih bangkit dan terus berjuang. Tak ada kata menyerah!
Kisah ini salah satunya saya tonton minggu lalu. Sosok yang dibahas yakni Mariko Senju. Seorang violinist. Profil lengkapnya bisa dibaca di website pribadinya Mariko Senju. Kali ini yang akan saya bahas lebih ke perjalanan kehidupan serta konsep hidup yang dimiliknya dan berkaitan erat dengan kesuksesannya kini. Yuk kita mulai!
- Efisiensi dalam setiap kegiatan yang dilakukan sehari-hari
Hal menarik saat acara baru saja dimulai meliputkegiatan Mariko Senju yakni dia selalu berlari kecil kemanapun ia pergi. Saat ditanya kenapa? Jawabannya hanya satu: efisiensi! Sosoknya sangatlah menghargai waktu, maka daripada itu barang sedetik pun tak disia-siakan. Kemanapun akan berlari. Untuk makan pun ia memilih menu yang cepat untuk dikonsumsi. Dia sering minum madu langsung dari botolnya dan terkadang dicampur selai kacang. Booster glukosa secara cepat sehingga terus punya energi di tengah kesibukan.
2. Sebanyak mungkin waktu dihabiskan untuk memainkan biola
Terkait dengan poin efisiensi yang yang ia utarakan, salah satu alasannya yakni agar memiliki waktu yang banyak untuk berlatih biola. Jika membaca biografinya disebutkan bahwa ia mulai bermain biola sejak umur 2 tahun 3 bulan. Berarti sudah puluhan tahun ia habiskan untuk berlatih. Namun baginya itu belum cukup. Suatu hal yang tak akan mungkin dilakukan jika bukan karena kecintaannya pada biola.
3. Memiliki biola Stradivarius “Duranti”
Sejak tahun 2002, Mariko Senju membeli biola Stradivarius “Duranti” seharga 2 juta dollar US. Mulai saat itu pula biola tersebut menjadi alat musik utamanya. Pengamanannya pun sangat canggih, memakai sensor infrared di rumahnya sehingga jika ada orang lain di rumah ya, ia akan tahu. Ketika sedang show dan mengharuskan tinggal di hotel, maka ia akan menaruh uang sekitar 30.000 yen di kursi dekat pintu masuk, ia beralasan jika memang ada pencuri yang masuk ke ruangannya, mereka akan mencari uang. Pencuri tersebut tentu tak mengerti berapa harga sebenarnya biola Stradivarius. Maka dengan menaruh uang tersebut, diharapkan pencuri cukup mengambil uang tersebut tanpa menyentuh biola.
4. Pendidikan di keluarga yang mengajarkan harus serius menekuni sesuatu
Satu poin di keluarga Senju yang bisa kita pelajari yakni ketekunan. Sejak kecil anak-anak di keluarga Senju dididik untuk totalitas dalam segala hal yang mereka sukai. Jika niatnya hanya untuk main-main, maka lebih baik tinggalkan karena waktu sangat mahal harganya. Lebih baik dipakai untuk menekuni satu bidang yang memang benar-benar disukai. Tak ada istilah coba-coba. Kesukaan akan sesuatu harus timbul dari dalam diri sendiri, bukan paksaan. Hal ini tentu sangat penting karena banyak kita temui orang-ornag yang masih kebingunan akan passion yang ia cari.
5. Jari dirawat bahkan diperhatikan khusus oleh keluarga, khusus untuk main biola
Bentuk dukungan dari ornag tua atas passion anaknya merupakan hal lain yang juga bisa kita teladani. Melihat anaknya betul-betul serius dengan kesukaannya bermain biola, maka orang tua Mariko menyadari jari anaknya sangat penting untuk dirawat. Maka dari itu, kakak kedua Mariko adalah yang bertugas unutk mencuci piring dan memasak di rumah. Sang adik tidak dibolehkan melakukan hal lain selain bermain biola. Harapannya jari sang adik dapat terpelihara dan berkarya maksimal dalam berlatih biola. Sampai di sini saat saya menyaksikan liputannya membuat benar-benar tertegun. Poin ini begitu klik di hati. Semoga bisa menjadi sosok orang tua yang membimbing anak-anaknya menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.
6. Tidak menyukai lampu merah
Sebagai penutup, saat melihat keseharian Mariko Senju, dia rutin berolahraga. Olahraga yang disukainya yakni berjalan jauh. Hal menarik yang dapat diteladani yakni ia tak pernah suka lampu merah. Jika suatu persimpangan menunjukkan tanda kampu merah, maka ia akan memilih jalan lain yang tidak membuatnya harus berhenti. Kita tentu pernah membaca bahwa salah satu yang membedakan seorang juara yakni mental pantang menyerah. Jika terdapat kesulitan, yang harus dilakukan yakni mencari cara untuk mengatasinya. Mariko Senju mengatakan bahwa hal itu bukan hanya slogan namun dengan terus mempraktikkan setiap hari saat ia berolahraga, ia akan selalu ingat untuk terus berusaha dan pantang menyerah.