Buku yang jujur. Ini adalah satu kalimat yang paling menggambarkan kesan setelah membaca buku ini. Pastinya hal ini terkait dengan latar belakang buku ini yang merupakan pengalaman pribadi penulis nya yakni Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra. Buku ini menceritakan perjalanan naik turun mereka dalam perjuangan mendapatkan keturunan.
Berbeda dari kisah kebanyakan yang kita baca mengenai hal serupa yakni perjuangan melawan infertilitas yang umumnya didominasi oleh kisah dari sudut pandang sang istri. Sedikit sekali yang membahas dari sisi sang suami. Hal inilah yang membuat buku ini berbeda. Kolaborasi Hanum dan Rangga dalam menciptakan buku ini menjadikan jiwa buku ini serasa lengkap. Mewakili suara hati terdalam dari sang istri maupun suami. Bahkan penulis menambahkan satu sudut pandang imajinasi yakni Sarahza yang seolah menyemangati calon orang tuanya dari alam Lauhul Mahfudz, menunggu saat Allah menyatakan tibalah waktunya untuk berjumpa kedua orang tuanya di dunia.
Berbagai sudut pandang yang ditawarkan dalam buku ini menjadikannya layak dibaca semua kalangan. Terlebih sudut pandang Rangga sebagai seorang suami yang menunjukkan di balik segala ketegaran seorang suami, tetap ada sisi melankoli yang membayangi. Namun hal penting yang harus senantiasa diingat adalah berjuang untuk melawan rasa depresi dan kemudian bangkit meneruskan perjuangan adalah pesan utama dari buku ini.
Buku ini tidak menjual kisah yang hanya menyayat hati, seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, buku ini mengajarkan apa itu arti dari sebuah ketegaran dan semangat pantang menyerah. Buku ini menunjukkan sebagai seorang manusia, adalah hal manusiawi untuk merasakan depresi. Apalagi setelah ditempa berbagai cobaan, kegagalan, dan juga musibah lainnya, terkadang terdapat rasa menuntut dalam diri kita mempertanyakan mengapa takdir Tuhan begitu kejam, mengapa diri kita yang dipilih mendapatkan cobaan ini. Ini juga lah yang dialami mbak Hanum dalam buku ini. Bahkan ada masanya ia seolah merasa sudah tak ingin menggantungkan harapan apapun, menuntut Tuhan dan bahkan malas-malasan menjalankan ibadah karena merasa seolah doanya selama ini tak didengar.
Terdapat banyak kutipan kalimat penyemangat, kutipan ayat Al-Quran dan berbagai kalimat bijaksana hasil kontemplasi penulis dalam buku ini. Bersyukur adalah salah satu kalimat mujarab yang diajarkan buku ini. Seringkali kita hanya fokus pada apa yang tidak kita miliki, namun kita melupakan betapa banyak sesungguhnya yang telah kita miliki dan Allah anugerahkan kepada kita. Saya sangat merekomendasikan buku ini bagi semua orang, memperbanyak kita bersyukur dan juga merasakan empati kepada para pejuang yang masih berikhtiar tanpa lelah mendapatkan keturunan.