Bismillahirrohmanirrohim
TLDR:
Obat yang diresepkan:
- Obat minum di siklus 1: Provera, 10 tablet, untuk merangsang datangnya haid
- Obat minum di siklus 2: Premarin dan Duphaston, @10 tablet, untuk merangsang datangnya haid. Dilanjutkan Clomiphene Citrate (Clomid) 50 mg, 5 tablet diminum hari ke 5-9 dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir), untuk merangsang pertumbuhan folikel telur
Jangka waktu pengobatan:
- Siklus 1: 40 hari
- Siklus 2: 80 hari
Sempat maju mundur sebelum akhirnya menuliskan catatan perjalanan kami dalam berikhtiar mendapatkan keturunan ini. Setelah mempertimbangkan positif serta negatifnya, saya putuskan untuk mempublikasikan catatan ini untuk umum. Berawal dari rasa senasib dengan para pejuang buah hati lainnya yang terkadang merasa terkucilkan di tengah komunitas. Rasa rendah diri yang pasti hadir karena merasa memiliki aib yakni kesulitan dalam memiliki buah hati.
Catatan ini saya bagikan karena saya ingin menyemangati teman seperjuangan lainnya! Perjuangan ini hadir bukanlah sebagai aib yang harus disembunyikan, sebaliknya perjuangan ini dipilih Allah spesial untuk kita karena Allah yakin kita masih punya stok kesabaran dan semangat berjuang di atas rata-rata. Tak perlu merasa ikhtiar promil dengan berkonsultasi ke dokter feritilitas sebagai sebuah aib, justru kita harus bangga sambil menepuk bahu diri sendiri karena kita mau berikhtiar lebih dalam menjemput karunia Allah. Membarengi niat ikhlas berikhtiar karena Allah dan menyebut permohonan akan karunia seorang anak dalam setiap doa adalah dua senjata utama yang dimiliki para pejuang buah hati. Catatan ini semoga juga bisa menambah informasi bagi para pejuang buah hati yang mungkin memiliki karakteristik sama dengan saya.
Kalau boleh jujur, pastinya di luar sana masih lebih banyak para pejuang buah hati yang jauh lebih tangguh dari saya. Jangka waktu berjuangnya lebih lama dan tentunya stok kekuatan berjuangnya pasti melebihi saya. Perjuangan saya bisa dikategorikan singkat. Hanya kurang lebih 1 tahun. Tapi percayalah, bukanlah waktu yang menjadi tolak ukur. Setiap rezeki tentunya sudah diatur kapan waktu terbaiknya oleh Allah. Yang penting fokusnya hanya satu: bisa terus naik kelas setiap ujian datang bertubi-tubi.
Beberapa catatan di seri berikutnya juga akan terselipkan beberapa curahan hati pribadi saya sendiri yang terkadang merasa perih hatinya dengan banyaknya pertanyaan ‘udah hamil belum?’ yang dialamatkan kepada saya yang mungkin bagi sebagian kalangan adalah pertanyaan basa-basi. Namun percayalah, untuk para pejuang buah hati, pertanyaan ini jika dilontarkan di saat sedang hampir putus asa berjuang, justru menambah kalut hati. Semoga dengan membaca curahan hati ini bisa meningkatkan empati untuk saling menjaga perasaan, khususnya sesama wanita.
Cukup prihatin juga dengan informasi yang beredar di internet dalam bahasa Indonesia terkait promil dengan segala mitosnya yang terkadang sampai membuat geleng-geleng. Ini juga menjadi alasan saya menulis blog ini dalam bahasa indonesia untuk menambah referensi informasi berdasarkan sumber-sumber yang ilmiah. Saya selipkan hasil diskusi saya dengan dokter saya disini dan juga intisari dari beberapa jurnal ilmiah yang saya baca.
Yuk kita mulai..
Sebelum menikah, saya dan suami sudah membahas dari A-Z visi kami masing-masing serta juga visi bersama yang kami harapkan. Salah satu topik yang dibahas tentu saja tentang kapan kami merencanakan untuk memiliki keturunan. Kesimpulan dari obrolan kami yakni kami sepakat menunda untuk urusan anak. Beberapa pertimbangannya:
- Kami mempunyai mimpi untuk berhaji dari Jepang, jika sudah memiliki anak tentu kami harus mengatur kembali target kami untuk berhaji. Saya pun sudah berniat jika sudah memiliki mahram alias bersuami, maka negara pertama yang ingin kami dapat kunjungi yakni Arab Saudi, tepatnya berkunjung ke Baitullah. Harapannya momen tersebut dapat menjadi batu pijakan kami untuk meluruskan niat dalam pernikahan yakni untuk beribadah kepada Allah. Selain itu berhaji juga adalah rukun Islam yang ke lima dan wajib ditunaikan jika sudah mampu, berdasarkan perencanaan finansial pun setelah kami hitung, jika kami mampu berhemat, tepat 1 tahun setelah kami menikah maka kami dapat melunasi ongkos naik haji dari Jepang.
- Saya masih ada 1 tahun lagi yang harus ditempuh agar dapat menyelesaikan program Master di Universitas Kobe. Amanat beasiswa dari pemerintah Jepang pun tentunya ingin dapat saya tunaikan dengan baik. Beban penelitian pun nampaknya belum sanggup saya emban dengan baik jika di saat yang bersamaan harus mengurus anak.
- Suami baru saja memulai status sebagai pekerja kantoran yang tentunya masih banyak hal yang harus dicapai di tahun-tahun awal karirnya. Selain itu beban kerja juga pastinya masih sangat banyak mengingat rutinitas baru ini tentunya perlu waktu untuk beradaptasi agar dapat berjalan dengan ritme yang tepat.
- Saya dan suami sama-sama memiliki prinsip bahwa masih banyak nilai-nilai kehidupan yang harus kami pelajari akan kami dapat menjadi orang yang ‘open-minded’, menghargai perbedaan, dan memiliki karakter yang kuat. Ketiganya dapat kami pelajari utamanya melalui mengunjungi tempat-tempat baru di belahan dunia lain. Beberapa negara kami masukkan sebagai target dalam beberapa tahun ke depan untuk dikunjungi.
Kami sepakat untuk menggunakan alat kontrasepsi berupa pil kb untuk program perencanaan keluarga kami. Pertimbangannya yakni pil kb dapat lebih mudah hilang dari tubuh efeknya sesaat setelah dihentikan pemakaiannya jika kami sudah merencanakan untuk memiliki anak. Saya pun mengambil keputusan ini setelah berkonsultasi dengan dokter kandungan di Jepang. Yang perlu saya garis bawahi di sini adalah kepercayaan desas-desus terkait pil kb yang ingin saya luruskan berdasarkan pengalaman serta konsultasi saya ke dokter kandungan di sini yakni:
- Pil KB tidak membuat rahim kering. Mungkin kita mendengar dari ibu, tante maupun orang-orang di sekitar kita bahwa pil KB dapat memiliki efek samping untuk membuat rahim kering. Hal ini mungkin berlaku untuk pil KB zaman nenek kita dan ibu kita dulu. Pil-pil KB saat ini memiliki kandungan hormon yang telah disesuaikan sehingga apabila kita telah berhenti menggunakan, tak ada efek samping berkepanjangan apalagi terhadap rahim.
- Pil KB tidak bikin gemuk. Hal ini saya alami sendiri. Berat badan saya tidak berubah sedikitpun selama 2,5 tahun memakai pil KB. Nafsu makan saya tidak berubah banyak, dan kegiatan saya selama di Jepang memang membuat saya banyak berjalan kaki setiap harinya.
- Pil KB membutuhkan waktu untuk dapat hilang pengaruhnya dalam tubuh sehingga kita dapat hamil. Hal ini tentu berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang membutuhkan waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, bahkan hingga 1 tahun. Asal diikuti dengan pola hidup sehat, olahraga teratur, makan makanan bergizi, tentu hal ini tak perlu dikhawatirkan.
Akhir Agustus 2017 merupakan terakhir kalinya saya menggunakan Pil KB. Semua target kami yang saya sebutkan di awal Alhamdulillah sudah tercapai. Kami sama-sama merasa inilah saatnya untuk memulai fase hidup selanjutnya, insya Allah bersama anak-anak kami kelak. Sebelum minum pil KB, siklus menstruasi saya termasuk siklum panjang. Jadi yang umumnya 28-35 hari, kalau saya bisa sampai 50 hari. Sebelum mulai meminum Pil KB, saya sudah berkonsultasi terkait hal ini dan disimpukan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Hanya dokter berpesan jika menstruasi tak datang hingga 3 bulan, maka saya harus berkonsultasi lagi. Sejauh ini hal itu tak pernah terjadi jadi saya pun tak pernah ambil pusing.
Saya sudah mengantisipasi siklum menstruasi saya yang panjang jadi saat menstruasi tak kunjung datang hingga 30 hari kemudian, saya masih tidak ambil pusing. Saat memakai pil KB, siklus menstruasi saya menjadi sangat teratur. Namun sesuai dengan yang jurnal-jurnal yang saya baca, setelah penghentian pil KB, maka siklus menstruasi kita akan kembali seperti sebelum minum pil KB. Akhirnya setelah berdiskusi dengan suami, kami tidak ingin menyia-nyiakan waktu, jadi kami memutuskan untuk ke dokter kandungan dalam mendukungan program kehamilan kami ini. Tujuannya tak lain untuk menambah pengetahuan dan juga salah satu ikhtiar yang dapat kami usahakan.
Akhirnya dokter pertama yang kami kunjungi di klinik dekat rumah meresepkan obat Provera diminum selama 10 hari dengan harapan 3-5 hari setelah itu saya akan menstruasi. Beliau sangat baik, ramah, penjelasannya sangat rinci. Beliau juga untuk mengatakan pastinya adalah hal yang wajar jika setelah berhenti meminum pil KB, siklus menstruasi berubah karena hormon-hormon masih tertinggal dan juga siklus hormon tubuh kita belum bangun seperti sedia kala. Yang penting tetap bergaya hidup sehat. Sesuai dengan ekspektasi, saya pun menstruasi 5 hari setelah obat ke 10 saya minum. Tidak ada indikasi apa-apa saat meminum obat tersebut.
Kemudian hari-hari berlalu seperti biasa dan kembali saya belum menstruasi. Kali ini kembali lagi ke ibu dokter klinik di dekat rumah. Kali ini Saya diresepkan obat yang berbeda. Namanya Premarin (berisikan hormon Estrogen) dan Duphaston (berisikan Dydrogesteron) sebanyak 12 pil masing-masing untuk 12 hari diminum bersamaan. Pil-pil ini bertujuan untuk merangsang badan saya agar dapat menstruasi. Kemudian hari ke 6-10 dari hari pertama menstruasi saya diresepkan obat Clomid (berisikan Clomiphene Citrate) bertujuan untuk merangsang pertumbuhan sel telur. Ibu dokter mengatakan ingin melihat reaksi badan saya terhadap obat ini. Ada kemungkinan obat ini dapat menyebabkan sel telur yang matang lebih dari satu jadi ada kemungkinan hamil kembar! Saya dan suami mengatakan siap. Double trouble, double happiness isn’t it? (atau malah triple, bahkan quad? hehe)
berlanjut ke kisah selanjutnya di sini