Mengatur Budget Pengeluaran Mingguan

Sebelumnya saya sudah menjelaskan mengenai prinsip dasar mengatur keuangan pribadi di postingan sebelumnya. Nah kali ini saya mau memberikan trik lain yang bisa dipakai untuk menyiasati pengaturan budget bulanan agar sesuai komitmen budgeting di awal.

Hal tersimpel yang bisa dilakukan yakni menulis catatan pengeluaran tersebut secara berkala misalnya secara mingguan. Dengan begitu pula kita dapat betul-betul mengerem hawa nafsu untuk berbelanja yang tidak sesuai budget karena kita tau berapa maksimal pengeluaran kita untuk minggu tersebut.

Berikut saya lampirkan tabelnya yang coba saya buat sendiri di sini.

Formula di dalam tabel tersebut sudah saya buat sedemikian rupa sehingga antar minggu ke 1 hingga minggu ke 4 saling bertautan. Semoga bermanfaat ^^

Dunia Tanpa Kata Kapan

Sewaktu saya masih berusia 7 tahun, saya sangat tak sabar menanti saat saya bisa menjadi orang dewasa. Bayangan saya kala itu menjadi dewasa berarti bebas melakukan apa saja. Tak perlu dimarahi karena menolak tidur siang (poin satu ini saya sangat menyesal, saat dewasa justru saat tidur siang adalah saat mewah yang jarang didapatkan), memilih kuliah di jurusan yang disukai (karena mempelajari semua subjek di masa sekolah adalah siksaan bagi saya), bebas makan apa saja yang saya sukai, dan segala kemandirian yang melekat pada diri manusia yang sudah mendapat cap ‘orang dewasa’.

Kemudian akhirnya masa yang saya nantikan tiba juga. Masa menjadi manusia seutuhnya dengan label ‘orang dewasa’. Bagi saya, masa menjadi orang dewasa dimulai ketika saya bekerja di rantau. Merasakan susah payanya mengais rejeki di kejamnya ibu kota. Hantaman demi hantaman datang mengikuti cap’orang dewasa’ yang akhirnya tiba masanya. Momen pertama yang mengajari saya menjadi orang dewasa yakni ketika saya sudah tidak kerasan bekerja di kantor pertama saya. Jam kerja yang tidak manusiawi dan kurangnya penghargaan atas performa adalah dua alasan mengapa saya memutuskan bahwa arah hidup saya harus sedikit berbelok dari jalur awal yang saya pilih. Menjadi dewasa berarti harus mampu menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Kali ini tentu saya harus mampu tetap bertahan meskipun pekerjaan begitu menyebalkan sambil mencoba mencari peluang di tempat kerja lainnya. Kenapa? Tentu saja pantang bagi ‘orang dewasa’ untuk menjadi benalu bagi orang tuanya, kemandirian finansial adalah salah satu ciri kedewasaan yang saya punya, itu prinsip saya.

Continue reading “Dunia Tanpa Kata Kapan”

Pengalaman Pertama Makan Sushi dan Sashimi di Jepang

Selama ini saya hanya mampu melihat saja setiap mampir ke restoran sushi di Jakarta. Menu yang saya cobapun kebanyakan jenis fusion sushi yang jauh berbeda dari definisi sushi yang selama ini saya bayangkan. Pertama kali saat tiba di Jepang, ketika mencoba restoran sushi pertama kali, saya dibuat terkaget-kaget. Sushi di Jepang sangat polos! Bandingan dengan sushi dragon roll dari salah satu restoran sushi kenamaan di Jakarta misalnya yang bertabur mentai, saus, dan bumbu lainnya. Sushi di Jepang hanya polos, betul-betul yang ingin ditonjolkan yakni rasa asli dari masing-masing toppingnya.

Jenis restoran sushi di Jepang bermacam-macam. Mulai dari yang harga 100 yen per piring hingga Michelin Star pun ada. Saya? Tentunya lebih prefer mencoba yang 100 yen. banyak pilihan dan umumnya lebih tidak beresiko. Maksudnya? Kalau semakin mahal sebuah restoran sushi, umumnya bahan yang digunakan untuk membuat sushi akin nikmat menurut orang Jepang yakni mirin dan bahkan sake dicampurkan ke dalam nasi sushi. Nah kalau restoran yang murah meriah tentunya tidak memakai bahan aneh-aneh sehingga bisa dikatakan lebih muslim friendly ^-^

Restoran sushi langganan saya dan suami terletak hanya 1 stasiun dari rumah. namanya Kappa Sushi yang terletak di Mall Atre Kawasaki lantai 7. Kenapa memilih sushi chain ini? Pilihan menu sushi yang non-mentahnya banyak. Berbagai jenis tempura dan juga saus mayonaise beserta keju dan basil pun tersedia. Tidak akan kecewa kalau mencoba!

Nah berlanjut dengan pengalam mencoba sashimi. Intinya sashimi adalah berbahan dasara seafood mentah. Butuh keberanian ekstra hingga akhirnya saya berani mencoba. Alasan utamanya karena tak terbayang makan ikan emntah. Pasti eneg dan amis pikir saya. Akhirnya kesempatan mencoba sashimi datang saat pesta penyambutan mahasiswa baru di kampus saya. Kebetulan sensei saya pun senang makan sashimi jadi beliau sudah tahu restoran mana yang enak. Gigitan pertama saya langsung jatuh hati, Ternyata rasanya tidak amis sama sekali, rasa ikan sungguh gurih dan cenderung manis tipis di lidah. Kesegaran ikan nampaknya sangat berpengaruh terhadap kualitas daging. Jadi bagi yang belum pernah mencoba dan mendapat kesempatan mencobanyanya langsung di Jepang, dijamin tidak akan menyesal!